Sebagai seorang guru dan wali kelas di sekolah, berkali-kali saya mendengarkan keluhan dari para orangtua. Bahwa anaknya tidak fokus lagi belajar di rumah karena keranjingan game online di komputernya.
Ada pula orangtua yang mengatakan bahwa anaknya sulit dipisahkan dengan telepon pintarnya (smartphone). Saban hari anaknya kurang istirahat (tidur) dan susah diatur. Bahkan itulah yang berdampak pada stamina dan sikapnya selama di sekolah. Tidak jarang anak yang demikian mengantuk di kelas.
Masih banyak lagi keluh kesah orangtua yang berhubungan dengan kehadiran perangkat yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Harus diakui dan perlu diwaspadai memang. Bahwa pengaruh kehadiran gawai tersebut, tak ubahnya seperti pisau. Disatu sisi dapat dimanfaatkan untuk mengiris cabai, bawang dan sayur ketika memasak. Tapi tidak sedikit pula yang memanfaatkannya untuk melukai orang lain atau dirinya sendiri.
Begitu halnya dengan perangkat teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Perangkat tersebut bisa membawa manfaat yang hebat bagi seseorang. Membantunya dalam pembelajaran dan melahirkan berbagai karya. Tapi tidak sedikit pula yang dapat dirusaknya. Ada yang kecanduan game, suka menunda waktu, menonton konten pornografi, menyebarkan hoax, ujaran kebencian, belajar bully dan masih banyak lagi.
Dengan demikian, pernyataan "Bijaksanalah dalam menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi" merupakanpernyataan yang bisa dijadikan sebagai jurus pamungkas yang mutlak dimiliki dan dilaksanakan oleh setiap anak.
Sebagai seorang guru dan orangtua, saya bukanlah orang yang konservatif, yang anti dengan anak yang menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana pendukung berbagai aktivitas dan pembelajaran.
Malahan, saya mendorong anak didik untuk memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi demi kemajuan dan pengembangan diri mereka di kelas, bahkan dengan perangkat tersebut mereka bisa lebih memaksimalkan hasil karya. Begitu pula halnya dengan anak saya yang ada di rumah.
Artinya, yang terpenting, mengapa seorang anak perlu menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Dan, bagaimana pemanfaatan perangkat teknologi informasi dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya. Anak saya yang sudah kelas 6 SD, baru saja melahirkan buku antologi bersama 15 orang anak dari berbagai penjuru negeri ini dengan judul "Impianku untuk Indonesia". Dua orang siswa saya dalam pelajaran ekstrakurikuler "writing", telah lulus seleksi dalam kepenulisan buku, dan buku tersebut  akan segera diterbitkan dalam beberapa bulan ke depan. Bahkan, beberapa hari lalu (27/2/2018) salah seorang siswa saya di ekstrakurikuler "writing" lolos sebagai salah seorang finalis lomba blog yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia.