Di sebuah kesempatan, saya mengajukan sebuah pertanyaan kepada anak sulung kami yang masih duduk di kelas enam sekolah dasar.
"Nak, menurutmu, disaat kapan kira-kira kamu merasakan bahagia dengan keluarga yang kita miliki?"
Ternyata jawabannya, singkat, padat dan jelas.
Dia pun menjawab, "Disaat kita berlima (maksudnya anggota kami sekeluarga) dapat bersama. Misalnya, makan bersama, nonton bersama dan jalan-jalan bersama".
Wah, tadinya saya malah berpikir kalau anak kami menjawab punya ini dan itu. Atau jawaban sesukanya. Ternyata dugaanku meleset. Syukurlah kalau ternyata anak kami menganggap kebersamaan itu adalah sumber kebahagiaan baginya.
Artinya, salah satu dari tugas kami sebagai orangtua semakin jelas dan terarah. Bahwa kami harus mewujudkan hal tersebut demi harapan dari anak kami. Dan kami pun sebagai orangtua harus tetap selalu belajar dan memiliki komitmen yang sungguh-sungguh untuk menjalankan harapan tersebut. Tentu demi kehangatan keluarga dan terwujudnya cinta kasih antara satu dengan yang lainnya di dalam keluarga.
Sebagai orangtua, terkadang memang kita sering lalai. Saya pun tidak luput dari hal itu. Bahwa pemenuhan kebutuhan atau keinginan seorang anak tidak melulu  berbau hal materi saja.Â
Banyak orangtua yang begitu mudah memenuhi kebutuhan dan keinginan anak-anak mereka, apakah semua merasakan kebahagiaan? Nyatanya tidak. Terkadang ada yang melupakan hal lain, bahwa aspek rohani dan perasaan mereka pun harusnya menjadi prioritas bagi kita para orangtua.
Bukan berarti pemenuhan kebutuhan anak tersebut tidak penting. Tetapi baiklah kita mewujudkannya dengan penuh keseimbangan dan prioritas.
Bicara tentang keseimbangan dan prioritas dalam sebuah keluarga, saya jadi teringat kembali dengan fungsi keluarga. Berdasarkan infografis dari BKKBN yang pernah saya baca, bahwa fungsi keluarga itu setidaknya ada delapan. Fungsi-fungsi tersebut dapat kita lihat seperti sebagai berikut.