Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menjadi Guru yang Turut Menularkan Semangat Kehangatan Keluarga

19 Februari 2018   21:52 Diperbarui: 7 Maret 2018   10:53 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang guru yang mencoba mengajar siswanya tanpa memberikan inspirasi agar mereka memiliki hasrat untuk belajar, adalah seolah memalu besi yang sudah dingin.(Horace Mann)

Guru yang sesunguhnya adalah guru yang menginspirasi. Sebagai guru, ini adalah tantangan. Sebab tidak sedikit guru yang hanya bisa mencekoki teori dan konsep semata di depan kelas. Sejatinya guru tersebut harus keluar dari zona itu. Saya tidak berkata bahwa teori dan konsep tidak penting. Tapi saatnya guru menginspirasi anak didik belajar dari kehidupan.

Saya pribadi terkadang mencoba cara-cara baru, dalam proses menginspirasi anak didik agar memiliki hasrat belajar dengan cara yang berbeda. Seperti pada pembelajaran di mata pelajaran Sosiologi.

Kira-kira dua minggu yang lalu,  saya telah membimbing sekitar 30 orang anak didik kelas XI IPS di tempat saya mengajar. Mereka saya tugaskan untuk membuat sebuah tulisan tentang kisah hidup orangtua masing-masing. Sebab, sesungguhnya banyak hal yang bisa mereka teladani dari orangtua yang mereka kasihi.

Bukan itu saja, banyak pengalaman hidup dari orangtua yang semestinya dijadikan sebagai pembelajaran dalam kehidupan. Mulai dari strategi mencapai kesuksesan dan menghadapi kegagalan. Menyikapi setiap tantangan dan kesempatan yang menghampiri orangtua mereka.

Sebagai seorang guru, yang mendidik mereka, saya berharap bahwa penugasan yang demikian tidak berhenti pada pengerjaan tugas semata. Tetapi ada kesempatan untuk 'sharing' dengan orangtua. Dengan demikian kita sebagai pendidik turut berkontribusi agar hubungan anak dan orangtua terbina komunikasi dan interaksi yang intens. Hingga tetap terjaga kehangatan keluarga. Tentunya, secara khusus bagi orangtua yang terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya atau memiliki waktu terbatas dengan anak.

Saya pun sungguh takjub dengan hasil penugasan tersebut. Mereka mengerjakannya dengan antusias. Dan setelah mereka mengumpulkan tugas tersebut, saya pun membacanya satu-persatu untuk dinilai sesuai dengan rubrik penilaian yang telah saya buat terlebih dulu.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Tanpa disadari, dari beberapa tulisan tersebut ada yang berhasil membuat mata saya berkaca-kaca. Ada pula yang membuat saya termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Bahkan ada yang membuat saya kagum dengan keharmonisan keluarga mereka.

Sungguh, ternyata hasil tulisan dari anak didik saya tidak hanya berguna bagi mereka saja. Bahkan bagi orang lain yang turut membacanya juga tidak sedikit yang tergugah, termasuk saya.

Untuk rekan-rekanku pendidik, sesungguhnya banyak cara yang bisa kita pikirkan untuk membangun komunikasi dan interaksi yang intens antara orangtua dan anak. Berharap penugasan yang kita berikan bisa berkontribusi untuk mendukung perwujudan kehangatan keluarga.

Bukan dalam rangka menggurui, setidaknya cara yang sudah saya lakukan berkali-kali ini ternyata bisa bermanfaat untuk mengajak anak-anak untuk meneladani dan belajar dari pengalaman orangtua. Membangun komunikasi dan interaksi dengan orangtua. Hingga mendukung wujud kehangatan keluarga.

Sebagai bahan informasi, dalam memberikan penugasan yang demikian, setidaknya ada beberapa langkah yang saya persiapkan.

Pertama. Saya terlebih dahulu menyusun rubrik penilaian. Dan sudah barang tentu rubrik itu pun harus dipahami anak didik yang akan mengerjakan penugasan tersebut.

Kedua. Setiap anak didik mulai memikirkan dan merancang pertanyaan untuk bahan wawancara mereka terhadap salah satu orangtua mereka.

Ketiga. Siswa melakukan wawancara di rumah masing-masing.

Keempat. Dari hasil wawancara tersebut, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang dikerjakan di sekolah. Tentu agar sebagai guru bisa memantau orisinilitas tulisan dan mendampingi mereka dalam proses pengerjaannya.

Nah berharap dengan tulisan sederhana ini bisa bermanfaat bagi pembaca. Bahkan bisa menularkan semangat kehangatan keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun