Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Menguber" Waktu dengan Uber, Mengurai Macet dengan "Ride Sharing"

12 November 2017   18:54 Diperbarui: 11 Desember 2017   05:18 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak merantau 2002, Jakarta menjadi kota pilihanku untuk bekerja dan menetap. Dari dulu hingga sekarang, ternyata masalah macet adalah masalah yang utama yang belum bisa teratasi hingga tuntas. Itu pula salah satu alasanku menghindar dari kota Jakarta. Tahun 2005, saya akhirnya memilih untuk bekerja dan kemudian menetap di timur kota Jakarta, tepatnya Lippo Cikarang, Bekasi

Ternyata, walau sudah bekerja dan menetap di luar kota Jakarta, hatiku pun tidak bisa lekang dari kota Jakarta. Bagiku kota Jakarta adalah kota harapan yang menjanjikan. Sebab kota Jakarta telah menjadi tempat keduaku untuk berkarya dan mengembangkan diri hingga sekarang.

Sebagai seorang blogger, setidaknya sekali atau dua kali seminggu, saya pasti menginjakkan kaki di kota Jakarta. Artinya, saya tidak mungkin menghindar dari kota Jakarta walau dengan kemacetannya yang semakin menjadi.

Jika membayangkan dan sedang mengalami macet total di kota Jakarta, terkadang secara emosional muncul dorongan untuk tidak sesering mungkin lagi datang ke Jakarta. Tapi kalau mengingat kepentingan mengembangkan diri bersama komunitas blogger, maka saya pun harus rasional, saya pun harus sedia bermacet-macet ria menembus kemacetan kota Jakarta. Dua hal yang paradoks memang.

Tetapi bersyukur, ditengah-tengah kemacetan yang luar biasa,  ternyata selalu ada saja solusi. Untuk tetap bisa hadir tepat waktu diberbagai even yang saya ikuti di Jakarta, tidak jarang harus menguber waktu dengan Uber Motor.

Di tengah tuntutan kebuntuan dan kebutuhan transportasi yang semakin meningkat, memang transportasi online pun menjadi angin segar dan harapan bagi penduduk atau pekerja dari luar Jakarta saat ini. Terutama bagi yang ingin menembus kemacetan, maka Uber Motor bisa menjadi solusi.

Tetapi pertanyaan berikutnya, apakah ketika kita sudah menggunakan kendaaraan bermotor online seperti Uber bisa menyelesaikan permasalahan kemacetan kota Jakarta? Tentu tidak. Bagi kita secara pribadi, mungkin bisa jadi solusi, bisa nyampai tujuan lebih cepat. Tapi bagi warga keseluruhan, terutama yang menggunakan kendaraan roda empat atau bis, macet tentu belum bisa terhindarkan dan tetap akan menjadi momok.

Mengapa? Jawabannya sangat jelas. Jumlah kendaraan roda empat di jalan raya Jakarta ternyata sudah tidak sebanding dengan ruas jalan yang sudah ada. Sementara untuk membangun ruas jalan yang baru bukan perkara mudah.

Menurut mantan gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat pernah berkata bahwa penambahan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta tidak seimbang dengan penambahan ruas jalannya. Bila dibandingkan antar keduanya ibarat deret hitung melawan deret ukur.

Lebih detailnya, kendaraan bermotor di Jakarta dan daerah sekitarnya bertambah 1.500 unit setiap hari, yakni 1.200 sepeda motor dan 300 mobil. Bisa Anda hitung sendiri jika dikalikan dalam setahun. Wajar saja kota Jakarta setiap hari semakin macet.

Akankah masalah kemacetan Jakarta bisa terselesaikan? Kalau begitu, siapakah yang sebenarnya yang akan menyelesaikan masalah kemacetan di kota Jakarta?

Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut sebenarnya hanya dua kata "tergantung kita". Semua harus mau memberi kontribusi dan mau berkorban demi kebaikan kota Jakarta. Pemerintah harus membuat strategi yang bisa menjawab persoalan. Salah satunya yaitu dengan regulasi yang rasional termasuk dengan peningkatan angkutan publik massal.

Sementara swasta bisa berkontribusi mendukung hal tersebut dengan pembiayaan keperluan pengembangan sarana transportasi massal. Bisa saja dengan cara membayar pajak dengan baik atau memberikan dana dukungan CSR perusahaan untuk keperluan yang berkaitan.

Tetapi yang tidak kalah penting adalah dukungan masyarakat terhadap regulasi dan fasilitas yang dibuat pemerintah. Dukungan terhadap regulasi, seperti mendukung aturan-aturan yang telah ditetapkan dalam hal berkendara. Termasuk memanfaatkan fasilitas secara maksimal dan turut memeliharanya.

Disamping itu, masyarakat juga berkontribusi untuk meminimalkan penggunaan kendaraan pribadi. Apalagi jika ingin menempuh tempat-tempat tertentu yang dilalui oleh busway dan commuter line misalnya, alangkah lebih baik masyarakat memilih angkutan publik massal saja. Mungkin kenyamanan akan sedikit berkurang, tapi itulah sebuah pengorbanan yang bisa kita berikan untuk kota yang kita cintai ini. Dengan demikian, kemacetan semakin terurai dan terkendali.

Ride Sharing sebagai Solusi Kemacetan

Suatu hal yang pasti adalah perubahan. Setiap orang harus siap dengan kehadirannya. Suka tidak suka, mau tidak mau, perubahan itu pun akan merasuk ke seluruh aspek kehidupan. Baik dengan cara yang cepat atau pun lambat. Direncanakan atau pun tidak.

Perkembangan teknologi informasi dan teknologi digital adalah contoh perubahan yang tidak bisa kita hindari. Perubahannya pun telah memengaruhi berbagai bidang kehidupan kita saat ini. Diantaranya semakin maraknya transportasi yang berbasis aplikasi online. Bagi sekelompok orang, mungkin perubahan ini adalah tantangan dan masalah. Tapi, bagi pihak lain bisa menjadi peluang dan kesempatan.

Bila berbincang dengan masyarakat luas, terutama pengguna layanan transportasi yang berbasis online tersebut, ternyata kehadirannya semakin memudahkan dan membuat perjalanan mereka lebih murah dan nyaman dibanding transportasi konvensional.

Terlepas dengan masih perlunya pembenahan yang berkaitan dengan regulasi dan masih adanya pihak yang tidak bisa menerima kehadirannya, ternyata transportasi online tersebut membawa banyak pengaruh dan manfaat positif bagi masyarakat.

Untuk itu diharapkan dari waktu ke waktu inovasi akan transportasi berbasis online tersebut pun tetap dikembangkan demi kebaikan dan kepentingan orang banyak.

Baru-baru ini, saya pun membaca di sebuah media online bahwa berbagai inovasi pun terus dipikirkan oleh transporasi media online. Ride Sharing adalah salah satu konsep berkendara bersama yang diharapkan bisa meminimalkan kemacetan yang terjadi di Jakarta.

Berdasarkan hasil penelitian Uber dan The Boston Consulting Group yang diumumkan diawal bulan ini (1/11/2017) menyimpulkan bahwa layanan Ride Sharing merupakan sarana yang diharapkan untuk memecahkan solusi kemacetan di negara atau kota-kota berkembang. Bukan itu saja, konsep Ride Sharing tersebut ternyata bisa juga menjadi solusi masalah lingkungan, transportasi, dan perekonomian.

Kehadiran layanan Ride Sharing juga diharapkan bisa menekan angka kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi sehari-hari. Di Jakarta sendiri, layanan Ride Sharing dipercaya akan bisa mengurangi 60 persen jumlah mobil yang ada di jalanan saat ini atau setara dengan 2,5 juta kendaraan dari lebih 4 jutaan kendaraan yang ada.

Seandainya hal ini bisa diterapkan, betapa lancarnya jalanan di kota Jakarta. Kehidupan di jalanan pun akan semakin manusiawi dan efektif. Bukan hanya itu saja. Esensi sebagai manusia yang merupakan mahluk sosial yang sejatinya harus berbagi dan berinteraksi akan bisa terakomodir dengan penerapan dan perkembangan Ride Sharing.

Pertanyaannya untuk warga Jakarta atau yang memiliki mobilitas di Jakarta, siapkah kita mendukung dan menggunakan Ride Sharing? Kalau begitu yuk kita uber transportasi yang berkonsep Ride Sharing. Semoga Jakarra lebih baik lagi.

Referensi :
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/05/20022181/djarot-jumlah-kendaraan-bermotor-dibandingkan-ruas-jalan-itu-jomplang

http://metrotvnews.com/teknologi/news-teknologi/RkjjQLwk-uber-transportasi-online-ciptakan-solusi-dan-manfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun