Hidup ini tidak ada yang serba kebetulan. Meminjam istilah yang digunakan Christine Hakim pada Kompasianival 2017 yang baru diselenggarakan di Lippo Mall Kemang (21/10), bahwa hidup ini bagaikan sebuah puzzle.
Tentunya tidak terkecuali dengan diri saya sendiri. Ketika Tuhan memberikan sebuah puzzle secara lengkap kepada saya, walau belum tersusun rapi. Maka saya pun bertugas untuk menyusunnya sembari meminta petunjuk kepada pemberi hidup tersebut. Agar saya tidak salah menyusunnya. Hingga diakhir kelak, puzzle itu pun tersusun rapi dan sinkron dengan setiap sisi puzzle lainnya.
Bergabung dengan Kompasiana
Keyakinan saya bahwa bergabung dengan Kompasiana adalah bagian dari puzzle hidupku. Secara perlahan saya sedang menyusunnya menjadi puzzle yang utuh. Artinya pilihan ini akan membantu saya melengkapi sisi-sisi puzzle yang lainnya untuk terlihat lebih sempurna.
Jikalau selama ini sisi puzzle yang sudah saya susun adalah sebagai guru, ternyata butuh sisi puzzle lainnya yakni sebagai penulis. Sisi puzzle ini tentunya bertujuan menyambungkannya lagi dengan sisi puzzle berikutnya sehingga terlihat semakin lengkap dan berwarna.
Adapun sisi puzzle berikutnya yang sudah terlihat hubungannya dengan puzzle sebelumnya (menulis) yaitu ketika dua tahun terakhir saya dipercaya menjadi pembimbing ektrakurikuler untuk "writing class".
Dengan pengalaman bersama Kompasiana, maka saya lebih percaya diri untuk berani berbagi pengalaman dan pengetahuan menulis kepada siswa-siswiku.
Berbicara tentang sisi puzzle saya sebagai penulis yang semakin konsisten dan disiplin seperti sekarang, ternyata banyak saya peroleh dan pelajari dari Kompasiana(er).
Melalui Kompasiana, saya akhirnya memiliki wadah yang tepat untuk berkarya. Sementara dengan Kompasianer lainnya dapat mempertajam kompetensi saya dalam menulis yakni melalui cara saling mengasah, menginspirasi dan memotivasi antara sesama Kompasianer.
Pengalamanku dengan Kompasiana
Sebagai bagian dari Kompasiana, saya telah mulai melakukan registrasi sejak 29 April 2015. Tetapi saya baru benar-benar mulai menulis sejak 6 Oktober 2015 dengan tulisan pertama saya yang berjudul "Merencanakan Pendidikan Anak Sedini Mungkin, Merancang Masa Depan Anak Semaksimal Mungkin".
Hingga saat ini saya pun telah menulis sekitar 151 karya di Kompasiana. Walau saya tidak menulis seproduktif Pak Tjiptadinata, tapi saya mencoba untuk tetap konsisten. Walau tidak mampu melakukan reportase sehebat Bang Gapey, tapi melalui Kompasiana saya bisa belajar dari tulisan-tulisan beliau yang mampu menyajikannya dengan menarik dan mendalam.