Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bersinergi Mempertahankan Kearifan Lokal dan Meningkatkan Ekonomi Kerakyatan

9 April 2017   05:31 Diperbarui: 9 April 2017   15:30 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi pengrajin batik, meningkatnya minat dan penggunaan batik adalah tantangan sekaligus peluang. Dikatakan tantangan, karena industri batik tekstil pun semakin meningkat pula. Tentu pengrajin batik seperti yang dikelola Ibu Nelty harus bersaing ketat. Disamping karena harga batik tekstil lebih murah, batiknya juga diproduksi dalam jumlah besar. Tidak seperti pengrajin batik, harganya lebih mahal dan yang dihasilkan juga hanya sedikit.

Sementara dari sisi peluangnya, karena permintaan semakin meningkat, tentu usaha batik akan tetap hidup. Dengan demikian, batik akan tetap lestari dan bahkan bisa sebagai sumber pencaharian bagi masyarakat, terutama masyarakat pengrajin. Tinggal bagaimana menyiasati dan membangun kesadaran agar masyarakat tetap tertarik memilih batik yang dihasilkan pengrajin daripada batik tekstil.

Sebenarnya, ditengah-tengah berkembangnya industri batik tekstil, masih perlukah mempertahankan batik yang dikerjakan oleh pengrajin? Disamping harganya mahal seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, serta kuantitas yang dihasilkan juga kalah dengan industri batik tekstil.

Memang kalau bicara bisnis semata, beda ceritanya. Masalahnya, bicara batik itu tidak semata-mata bicara bisnis, tapi jauh lebih penting dari hal itu, yakni bicara warisan budaya yang harus dilestarikan dan yang menjadi kearifan lokal masyarakat.

Ditengah-tengah modernisasi dan globalisasi yang sering menggerus tradisi, selayaknya kita harus tetap memiliki prinsip dan bangga akan budaya luhur yang kita miliki. Bukankah itu sebuah kekayaan budaya yang bisa kita wariskan bagi generasi berikutnya?

Dan semestinya kita mendukung perjuangan yang dilakukan Ibu Nelty. Sama halnya dengan komitmen pemerintah Tangsel yang beberapa kali menjadikan hasil batik pengrajin Sekar Purnama dalam even nasional bahkan internasional. Bahkan berbagai sekolah dan perguruan tinggi yang ikut menghayati  filosofi batik melalui pelatihan atau workshop ditengah-tengah kurikulum yang begitu padat.

Disamping itu, ada pula kesiapan Bank Danamon untuk mendukung UKM yang demikian. Sebab Danamon melihat permasalahan usaha kecil menengah itu sering berhubungan dengan modal. Untuk itulah Danamon sebagai perbankan memberikan fasilitas pinjaman. Salah satu jenis pinjaman yang berhubungan dengan modal usaha adalah pinjaman produktif. Dimana fasilitas ini diharapkan dapat meringankan pemilik usaha sebab bunganya relatif kecil.
Adapun jenis fasilitas pinjaman Danamon tersebut diantaranya, Kredit Rekening Koran (KRK), Kredit Berjangka (KB) dan Kredit Angsuran Berjangka KAB). Tergantung sesuai kebutuhannya.

Berharap dengan sinergi dari masyarakat, pemerintah dan swasta dapat berpengaruh positif bagi kelestarian budaya yang menjadi kearifan lokal dan membangkitkan ekonomi kerakyatan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun