Mohon tunggu...
Thurneysen Simanjuntak
Thurneysen Simanjuntak Mohon Tunggu... Guru - Nomine Kompasiana Awards 2022 (Kategori Best Teacher), Pendidik, Pegiat Literasi, serta Peraih 70++ Penghargaan Menulis.

www.thurneysensimanjuntak.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Era Media Sosial, Eranya Jurnalis Warga

17 November 2016   15:25 Diperbarui: 18 November 2016   03:10 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dokumen pribadi

Sebelumnya saya pun belum pernah bercita-cita sejauh itu. Tapi bukan tidak mungkin terjadi. Setidaknya saya akan memulai langkah kecil aja dulu. Misalnya rajin menulis, bergabung dengan komunitas yang menginspirasi dan memotivasi untuk tetap semangat menulis, dan sering-sering ikut nagkring di Kompasiana aja deh! Seperti nangkring yang diadakan Kompasiana-Kompas Group.

Melalui nangkring kali ini, penulis merasakan ada sesuatu yang berbeda dan mendapat banyak manfaat. Mulai dari pengetahuan,  pengalaman dan tips-tips tentang menulis yang disajikan dari tiga narasumber. Berharap bisa menjadi penulis yang mampu menginspirasi dan membuat orang bahagia.

Senada dengan yang diutarakan oleh narasumber, Maman Suherman. Bahwa menulis itu harus bisa membahagiakan orang. Disamping karena menulis itu adalah ‘tugas kenabian’ yang dapat membawa kabar dan berita kebenaran, juga dapat mencerahkan. Untuk itu jadilah cahaya dan terang melalui literasi, membawa orang-orang dari kegelapan menuju cahaya. Bukan sebaliknya membawa orang-orang dari yang bercahaya menuju kegelapan.

Pengalaman berharga yang demikian pun pernah diperolehnya ketika memasuki profesi sebagai penulis di group Kompas. Dia sangat tercerahkan dengan sebuah pernyataan seorang pimpinannya bahwa “Kalau mau menulis untuk uang, Kompas bukan tempatnya. Tapi kalau mau menjadi menulis untuk sebuah enlightment dan enrichment silahkan bergabung di Kompas group”. Inilah yang membuatnya tetap berpandangan bahwa dalam dunia penulisan harus dilakukan dengan sebuah kebenaran dan menulis berdasarkan hati nurani.

Bahkan beliau berpesan kepada para Kompasianer dan pengunjung lainnya, bahwa tetaplah berpatokan pada 9 prinsip jurnalisme. Prinsip ini bukan hanya berlaku untuk media mainstream, tapi juga berlaku bagi jurnalis warga (netizen).

http://jurnalistik.co/materi-pembelajaran/dasar-dasar-jurnalistik/sembilan-prinsip-jurnalisme.html
http://jurnalistik.co/materi-pembelajaran/dasar-dasar-jurnalistik/sembilan-prinsip-jurnalisme.html
Dengan demikian, Maman menganjurkan perlu membaca berulang-ulang setiap tulisan kita sebelum kita publikasikan. Kita harus bertanya kepada hati nurani kita, apakah tulisan ini akan menyakiti orang? Atau justru membuat menjadi rusak? Ini sesuai dengan prinsip kesembilan dari prinsip dasar jurnalisme.

Disamping membicarakan tentang menulis itu sebagai sarana menyalurkan kebenaran dan berdasarkan hati nurani, ternyata menulis itu perlu juga dibuat menarik dan relevan. Untuk itu, Maman juga memberikan sebuah pengetahuan baru. Bahwa dalam menulis kita perlu melupakan prinsip 5W + 1H yang kita pelajari sejak dulu. Sekarang perlu mengembangkan formula 5Rdalam menulis. Read, Research, Reliable, Reflecting dan (w)Rite. Dengan demikian tulisan kita akan semakin bagus dan dibaca orang.

  • Read : perbanyak membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, sehingga tulisan kita nantinya kontennya lebih kuat.
  • Research: jangan malas untuk menggali data-data dan fakta-fakta melalui riset, sehingga tulisan kita semakin berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan. Seperti halnya buku-buku dari group Kompas tulisannya bagus karena didukung dengan data dan fakta yang kuat, termasuk melalui kepustakaan.
  • Reliable: penulis harus yakin bahwa yang kita tulis tersebut adalah benar dan dapat dipercaya oleh pembaca.
  • Reflecting: penulis harus memiliki sudut pandang yang komprehensif, sehingga tidak terjebak dengan subjektivitas.
  • (w)Rite: penulis harus mampu menulis berdasarkan kebenaran dan hati nurani bukan pada kepentingan, juga bukan berdasarkan kewajiban tapi kebutuhan dan kebahagian hidup.

Sumber : dokumen pribadi
Sumber : dokumen pribadi
Dengan mengikuti formula tersebut, maka seorang diharapkan bisa menjadi penulis yang professional dan membangun keaksaraan budaya demi memajukan peradaban manusia.

Kompasiana Hadir Untuk Warga

Perubahan terus menggelinding. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) semakin maju. Masyarakat pun merasakan pengaruh dan dampak begitu luas. Salah satu pengaruh yang bisa dirasakan masyarakat luas adalah maraknya media sosial sebagai sumber dan media penyebaran informasi. Hal itu dipengaruhi oleh peran warga menjadi jurnalis warga (netizen). Tidak seperti sebelumnya, media informasi selalu dimonopoli oleh media mainstream.

Kompasiana adalah salah satu platform yang bisa dibilang sebagai pelopor media yang melibatkan warga untuk menulis. Hasilnya, banyak warga yang mau terjun menulis dan banyak pula komunitas penulis yang tercipta berdasarkan minat masing-masing.

Delapan tahun kehadiran Kompasiana bagi masyarakat, setidak sekitar 350.000 orang peserta yang memiliki akun dan telah terbentuk kira-kira 30-an komunitas resmi. Bukan itu saja, menurut Iskandar Zulkarnaen atau yang sering disapa Isjet, hingga saat ini jika dirata-ratakan, ada sekitar 30 juta orang yang berkunjung ke platform Kompasiana setiap bulannya. Bahkan setiap harinya terdapat 800 artikel yang dipublikasikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun