Terkadang saya menyesali mengapa saya terlambat bergabung dengan Kompasiana. Padahal Kompasiana sendiri sudah berumur 8 tahun (22 Oktober 2016), sementara saya? baru 1.5 tahun bergabung. Terkadang bertanya, 6.5 tahun kemana aja bro?
Penyesalan selalu datang terlambat, kalau datang duluan kan pendaftaran namanya. Hehehe...... Tapi sebenarnya tidak ada kata terlamat, tidak ada yang perlu disesali. Ini mungkin bisa jadi pengalaman penting bagi rekan-rekan yang belum bergabung di Kompasiana. Kalau begitu, sekalian aja saya mengundang nih bagi rekan-rekan yang belum bergabung, mari kita berkarya dengan tulisan di Kompasiana.
Jujur saya berkata, banyak manfaat yang saya rasakan setelah bergabung dengan Kompasiana. Pertama, bisa bergabung dengan platform terbaik di negeri ini. Kedua, memperluas jaringan dengan orang-orang hebat di dunia literasi. Ketiga, bisa mendengarkan pengalaman dan wawasan yang bervariasi melalui acara nangkring, termasuk dari menteri.
Bahkan tahun ini, melalui acara nangkring di Kompasiana saya bisa bertutur sapa dengan Pak Lembong (dulu menteri perdagangan), Pak Bambang (menteri PPN/Bappenas), dan Ibu Retno (menteri luar negeri). Keempat, semakin tertantang untuk menulis. Kelima, Semakin konsisten dalam menulis.
Komunitas Itu Ternyata Perlu
Sebenarnya dalam dunia tulis menulis, bagi saya bukan hal baru. Dari SMP hingga SMA sudah aktif nulis, bahkan pernah menang lomba. Tapi memasuki kuliah (1994) minat itu kembali surut. Muncul lagi (2003-2004) ketika bekerja di sebuah NGO. Tapi setelah itu, surut lagi. Baru 2014 masa-masa kebangkitanku lagi.
Banyak buku teori dan tips yang saya lahap, tapi tak kunjung membuatku menjadi penulis aktif. Tidak sedikit pula menghadiri seminar dan pelatihan kepenulisan, tapi tidak mampu membuatku tergerak untuk konsisten menulis. Rasanya capek melanglang buana untuk belajar menulis tapi mental block untuk menulis makin lama makin setebal tembok berlin.
Setelah capek kesana kemari, akhirnya (29/4/2015) berlabuh di Kompasiana. Tetapi setelah berlabuh, ternyata tidak serta merta langsung aktif menulis. Bergaya dulu bagai pengawas dan assesor, kerjanya paling mengamati dan memberikan nilai saja. Untunglah saya terbuka untuk belajar, terutama ketika sudah mulai ikut nangkring.
Maka saya simpulkan ternyata komunitas itu penting. Tetapi ingat, carilah komunitas yang positif, mendukungmu dan yang terpenting komunitas yang penuh aksi (meminjam istilah Bang Isjet) ketika jadi nara sumber di acara nangkring Kompasiana-Danamon.
Sekarang saya semakin menyadari, ternyata tidak salah dalam memilih komunitas. Saya telah memilih komunitas yang pas, "komPASiana" yang memang pas bagi saya. Untuk itu saya telah berhutang bagi Kompasiana. Dan hutang itu pun telah saya cicil dengan menularkan semangat menulis bagi siswa-siswiku dan beberapa guru di tempatku mengajar. Mereka pun akhirnya punya akun sendiri di Kompasiana.
Akhir kata saya ucapkan selamat ultah ke-8 bagi Kompasiana. Salam sukses untuk kita semua.