Sabtu pagi (sekitar pertengahan 2009), ketika bangun dari tidurku, kakiku seperti keseleo. Untuk bergegas turun dari tempat tidur rasanya malas. Kakiku terasa kurang nyaman untuk digerakkan. Tetapi karena sudah dapat jadwal ngajar di salah satu bimbel di Jakarta Barat, dengan semangat 45 saya tetap berangkat juga. Demi mencerdaskan kehidupan bangsa, gitu deh.
Hari itu, kebetulan saya  dapat jadwal mengajar empat sesi. dua sesi pagi hari, kemudian dua sesi lagi siang harinya. Setibanya di lokasi belum ada masalah. Awalnya, saya masih bisa mengajar dua sesi pertama, tapi dua sesi lagi ternyata tidak bisa saya lanjutkan. Masalahnya kaki kiriku tiba-tiba sulit digerakkan. Saya mencoba untuk tidak panik. Kemudian mengambil posisi duduk di pojokan. Teman-teman pengajar lainnya tidak tahu mau berbuat apa. Mereka hanya menyarankan untuk dibawa ke dokter saja.
Dengan kondisi kaki seperti ditusuk-tusuk jarum dan sulit berjalan, saya mencoba melangkah berjalan sambil dipapah teman-teman. Kami menuju klinik yang dekat dengan bimbel tersebut. Sesampainya disana saya diperiksa dokter dan disarankan untuk cek darah di laboratorium. Betapa kagetnya, ternyata dari hasil pemeriksaan laboratorium tersebut saya baru tahu kalau saya sudah terkena penyakit asam urat. Tidak pernah terbanyangkan olehku.
Setelah selesai urusan, kami kembali ke bimbel. Saya menitip untuk dibelikan makanan sama office boy. Saya memesan gado-gado. Maksud hati dengan makan banyak sayuran membantu tubuh saya lebih segar. Â Minimnya pengetahuan tentang pantangan asam urat, membuat saya semakin menderita. Betapa tidak, setelah gado-gado yang saya pesan datang, langsung saya santap. Ternyata berselang sejaman, kakiku makin parah. Sama sekali tidak bisa digerakkan. Baru kemudian hari saya tahu bahwa sayuran dan kacang-kacangan yang ada di gado-gado tersebut sebagian besar ternyata pantangan bagi penderita penyakit asam urat.
Alhasil, hari itu saya tidak bisa pulang ke rumah. Â Terpaksa saya harus menginap di bimbel tersebut, sampai berangsung pulih.
*******
Semenjak kejadian tersebut, saya mulai banyak belajar tentang kesehatan, terutama mencari informasi yang berhubungan dengan asam urat. Mulai mencari informasi penyebabnya hingga pantangannya. Setelah itu, Â baru tahu kalau penyebab asam urat tersebut disebabkan kadar purin yang tinggi dalam darah. Untuk itu perlu meminimalkan makanan yang yang mengandung protein tinggi, jeroan, kacang-kacangan, dan yang lainnya.
Saya harus akui, bahwa selama ini kurang memperhatikan pola makan, pola tidur dan kurang berolahraga. Baru setelah penyakit asam urat mulai berpikir serius tentang kesehatan. Inilah pada umumnya sifat manusia. Tunggu penyakit mulai menggerogoti baru mulai peduli kesehatan. Padahal semenjak kecil, di sekolah selalu diajarkan tentang pendidikan jasmani, pentingnya berolah raga dan menjaga pola makan.
Setidaknya ada beberapa tips yang saya lakukan untuk tetap memiliki tubuh yang fit dan prima. Dengan harapan asam urat tidak sering kambuh. Pertama, mengenali dan mengurangi makanan yang berpotensi meningkatkan purin dalam tubuh. Tentu dalam hal ini harus meminimalkan makanan-makanan yang memiliki kadar protein tinggi. Kedua, tidak lalai untuk minum air putih. Ketiga, memperhatikan proses ekskresi dengan sempurna, tidak sering manahan-nahan air seni. Keempat, berusaha memaksimalkan untuk tetap berkeringat. Melalui pembuangan air seni dan keringat setidaknya membantu mengeluarkan purin dari dalam tubuh. Sehingga tidak sampai mengendap di ginjal, yang dapat menimbulkan kristal dan batu dalam ginjal kelak. Keenam, mencukupkan waktu istirahat dan tidur setiap harinya.
Disamping itu, ada tips menarik ala saya sendiri.Â
- Saya lebih sering minum air hangat. Ini saya lakukan bila saya kurang pergerakan. Setidaknya dengan cara tersebut, tubuh saya akan berkeringat. Memang sangat berbeda kualitasnya jikalau keringat tersebut keluar karena pergerakan.Â
- Kemudian saya memilih naik busway dari pada kendaraan sendiri ketika menjalani berbagai kegiatan di Jakarta. Menurut saya, melalui cara ini mau tidak mau saya harus berjalan jalan menuju koridor yang satu ke koridor yang lain, belum lagi harus naik turun tangga. Tentu hal ini akan memaksimalkan pergerakan tubuh saya.Â
- Kalau di tempat saya mengajar, saya usahakan beberapa kali turun naik tangga lantai tiga ke lantai empat.
- Bahkan ada yang sangat saya syukuri sejak dua tahun lalu, semenjak parkir kendaraan di tempat kerja semakin jauh, ternyata memberikan kesempatan bagi saya untuk berjalan lebih jauh setiap harinya.Â
Akhir kata saya mengajak rekan-rekan juga untuk selalu menjaga kesehatan, sebab kata pepatah "Mens Sana in corpore Sano", di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Salam Sehat
Thurneysen Simanjuntak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H