“Horee………….kita akan pindah!” Reaksi ini sontak keluar dari mulut kami. Tapi setelah diskusi ini dan itu, tiba-tiba kami bersedih. Kami akan meninggalkan 1001 kesan yang sudah kami rasakan di tempat ini (Rahutbosi-Pangaribuan). Inilah ternyata yang membuat ayah kami ketika baru membaca suratnya terlihat bahagia campur sedih.
Tidak lama kemudian, perlahan-lahan, kami juga memberitahukan ke tetangga. Berita inipun mulai menyebar sampai ke ujung desa kami. Bahkan di sekolahku juga.
Reaksi yang timbul dari teman-teman gak jauh beda dengan yang kami rasakan. Ada rasa sedih. Waktu itu saya baru masuk di kelas 6 SD. Artinya sudah lima tahun persahabatan yang sudah kami bangun.
Pagi itu, bel berbunyi, guru kami masuk kelas. Karena hari ini adalah hari terakhirku di sekolah tersebut, maka guruku memberikan pesan dan wejangan. Disusul perwakilan dari teman. Sementara saya juga diminta untuk menyanyi sebagai kenangan terakhir bagi mereka. Susah rasanya mau bernyanyi, rasa sesak di dada mulai terasa. Mataku mulai berkaca-kaca. Beginilah ternyata rasanya berpisah.
Saya bernyanyi. Ntah kenapa, yang saya nyanyikan lagu “Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa Kita, Tanah Air, Pasti Jaya Untuk Selama-lamanya, Indonesia Pusaka, Indonesia Tercinta, Nusa Bangsa dan Bahasa, Kita Bela Bersama.” Teman-temanku langsung tepuk tangan.
Guru kami (O.Gultom), sangat mengapresiasi saya. Dia bilang, bahwa “Thur sangat tepat memilih lagunya ya. Walau nanti kita berjauhan tetap kita akan menjadi bagian Indonesia. Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa”. Bel berbunyi, pelajaran IPS selesai.
Esok harinya, barang-barang kami sudah dikemas dan dimasukin ke truk. Sementara saya masuk menuju bis yang akan mengantar keluarga kami, tak terasa air mata menetes, tanda perpisahan. Kami mulai berjalan, menuju sebuah harapan. Harapan ketemu dengan teman baru yang baik, lingkungan yang ramah dan sesegera mungkin bisa mulai bersekolah.
Untuk masa yang lama akhirnya kami berpisah dengan teman-teman. Tapi tiga puluh tahun bertemu kembali satu persatu, walau hanya lewat dunia maya. Terimakasih Mark Zuckerberg, karena facebookmu kami bertemu kembali.
Sekian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H