Mohon tunggu...
MUHAMMAD SHIDQII
MUHAMMAD SHIDQII Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa kesehatan yang hobi dalam mempelejari hal-hal yang berkaitan dengan gender

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menembus Batas Gender: Kolaborasi Perawat Laki - Laki dan Perempuan untuk Pelayanan Holistik

27 Desember 2024   10:33 Diperbarui: 27 Desember 2024   10:44 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak
Kolaborasi lintas gender dalam keperawatan berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan holistik. Perawat perempuan unggul dalam dukungan emosional, sementara perawat laki-laki fokus pada tugas fisik yang membutuhkan kekuatan. Stereotip gender dan hambatan struktural menjadi tantangan utama dalam inklusi gender di profesi ini. Solusi strategis seperti pelatihan lintas gender, kampanye kesadaran, dan kebijakan kesetaraan diperlukan untuk menciptakan layanan yang inklusif, responsif, dan humanis.

Kata Kunci: keperawatan, kolaborasi gender, pelayanan holistik, stereotip gender, kesetaraan

Profesi keperawatan menjadi elemen kunci dalam pelayanan kesehatan global, menjaga kesejahteraan pasien secara fisik, emosional, dan spiritual. Awalnya didominasi perempuan, kini semakin banyak laki-laki berkontribusi, menciptakan sinergi melalui kombinasi keahlian teknis dan emosional (Yunita et al., 2023; Widyastuti, 2018; Nisrina, T, 2023). Namun, stereotip gender dan hambatan struktural masih menjadi tantangan utama (Dinda Rahmania, 2024). Oleh karena itu, artikel ini akan membahas pentingnya upaya bersama dalam mengatasi tantangan melalui pendidikan, pelatihan, dan kebijakan yang mendukung inklusi gender. Langkah-langkah ini diharapkan dapat memastikan mutu pelayanan keperawatan yang responsif, humanis, dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

Pelayanan holistik dalam keperawatan membutuhkan pendekatan multidimensi yang menyeimbangkan seluruh aspek kehidupan pasien. Perawat perempuan unggul dalam memberikan dukungan emosional, termasuk komunikasi mendalam dan membangun hubungan hangat dengan pasien. Perawat laki-laki mengambil peran dalam tugas fisik yang membutuhkan kekuatan, seperti memindahkan pasien dengan keterbatasan mobilitas atau menangani situasi darurat melalui manajemen krisis yang cepat. Penelitian menunjukkan stereotip gender memengaruhi pembagian tugas. Kolaborasi antara perawat laki-laki dan perempuan menciptakan tim yang saling melengkapi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan (Kinanti, N. A., Syaebani, M. I., & Primadini, D. V, 2024).  

Kolaborasi lintas gender dalam keperawatan menghadapi berbagai tantangan signifikan. Stereotip yang mengakar di masyarakat masih membatasi penerimaan laki-laki dalam profesi ini. Gender sering menjadi hambatan dalam penempatan kerja maupun pengakuan kompetensi di tempat kerja. Kendala ini tidak hanya terjadi di lingkungan rumah sakit, tetapi juga dalam sistem pendidikan keperawatan yang belum sepenuhnya mendukung kolaborasi gender secara optimal (Dinda Rahmania, 2024).

Untuk mengatasi hambatan ini, langkah strategis sangat diperlukan. Salah satunya adalah pelatihan lintas gender yang membekali perawat dengan keterampilan komunikasi interprofesional dan membangun kerja sama tim yang harmonis (Syarifah, N. Y., & Asda, P, 2023). Selain itu, kampanye kesadaran masyarakat diperlukan untuk mengubah persepsi publik tentang peran gender dalam profesi keperawatan. Organisasi keperawatan juga diharapkan menciptakan kebijakan yang mendukung kesetaraan dan inklusi gender, membuka peluang yang sama bagi laki - laki dan perempuan untuk berkontribusi di berbagai bidang keperawatan.  

Kolaborasi lintas gender dalam keperawatan menjadi fondasi penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara holistik. Dengan memadukan kekuatan unik dari perawat laki - laki dan perempuan, dunia keperawatan dapat menciptakan layanan yang lebih inklusif, responsif, dan humanis terhadap kebutuhan pasien. Perjuangan untuk menembus batas gender bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga memerlukan dukungan dari masyarakat, lembaga pendidikan, dan organisasi kesehatan. 

Referensi

Dinda Rahmania. (2024). Disparitas gender dalam upah dan peran kepemimpinan di dunia kesehatan. Retrieved from https://greennetwork.id/kabar/disparitas-gender-dalam-upah-dan-peran-kepemimpinan-di-dunia-kerja-layanan-kesehatan/

Kinanti, N. A., Syaebani, M. I., & Primadini, D. V. (2024). Stereotip Pekerjaan Berbasis Gender Dalam Konteks Indonesia. Ui.Ac.Id. Retrieved December 24, 2024, from https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1025&context=jmui

Syarifah, N. Y., & Asda, P. . (2023). Pelayan keperawatan secara holistik berhubungan dengan kepuasan pasien rawat inap: Holistic nursing care associated with inpatient satisfication.Gema Kesehatan, 15(1), 1--8.

Widyastuti, C. S. (2018). Analisis Faktor Kesiapan Perawat dalam Praktik Kolaborasi Interprofesional di Rumah Sakit Panti Nugroho. Media Ilmu Kesehatan, Vol. 7(1). 

Yunita, R. et al. (2023). Kolaborasi Gender dalam Keperawatan Modern. Jurnal Keperawatan Universitas Padjadjaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun