Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ikut Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh

26 Desember 2024   19:14 Diperbarui: 27 Desember 2024   07:37 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tayangan TV. Foto/Dok. Pribadi.

TSUNAMI Nanggroe Aceh Darussalam, 20 tahun silam, kota Serambi Mekah di ujung barat bumi Indonesia, porak poranda akibat guncangan gempa 9.6 SR yang disusul gelombang raksasa tsunami, meratakan semua yang dilaluinya.

Masyarakat di Aceh dan seluruh Indonesia berduka. Bahkan masyarakat dunia ikut serta berpartisipasi dalam segala urusan mitigasi bencana. Di situ, kita rasakan kesedihan, betapa pilu anak kehilangan ibu bapa, orang tua kehilangan anak, suami kelihangan istri, sebaliknya istri kehilangan suami.

Dalam situasi duka, saya saat itu terbang ke Banda Aceh menggunakan pesawat United Nation (UN) bersama beberapa diplomat Indonesia dan Malaysia. Saya menyaksikan suasana yang masih kelam kabut. Masjid Baiturrahman dan beberapa pusat pengungsian, penuh sesak.

Saya sempat datang langsung ke Ulee Lheue, menyaksikan wilayah yang rata tersapu gelombang raksasa bak monster pemusnah. Saya menyaksikan juga bagaimana kokohnya masjid Ulee Lheue yang tersisa menahan dahsatnya gelombang tsunami.

Saat itu, saya tidak ikut rombongan meninjau kondisi wilayah terdampak tsunami lewat udara. Dua Helikopter berputar-putar sekitar Banda Aceh. Saya memilih berada di Masjid Baiturrahman.

Orang Aceh sangat tabah. Pekan kejadian bencana, riak-riak aktivitas masyarakat tetap berusaha menggeliat. Tentu mereka ingin bangkit dari keterpurukan dan kesedihan dengan berusaha beraktivitas sehari-hari layaknya suasana normal. Saat itu sudah ada restoran yang buka, sehingga para sukarelawan dari manapun, tetap bisa membeli makanan selama berada di Aceh.

Hari ini, TV Indonesia ramai memberitakan 20 tahun tsunami Aceh. Saya melihat masyarakat Aceh menyemut di sekitar area kuburan massal. Saya yang menonton ikut sedih. Bagaimana mereka yang saat ini berada langsung di Aceh, tentu begitu sangat pilu.

Semoga Indonesia dijauhkan dari bencana. Masyarakatnya aman dama dan sejahtera. Aamiin.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun