***
Biduk berlalu kiambang bertaut,
Hijau berkilau tersiram embun;
Lewat pantun hubungan dirajut,
Keakraban masyarakat negeri serumpun.
***
Bisa berpantun, sungguh sebuah kemampuan yang menyenangkan. Setiap acara, kalau dibuka dengan bait-bait pantun, pasti suasananya menjadi cair. Apalagi kalau bisa ditutup dengan pantun juga, akan terasa sangat menyenangkan. Budaya pantun sangat identik dengan masyarakat Melayu.
Keakraban masyarakat rumpun Melayu, khususnya Indonesia dan Malaysia sudah lama terajut mesra. Jauh sebelum terbentuknya negara-bangsa, masyarakat Nusantara telah bermigrasi atas berbagai motivasi dan kepentingan. Mobilitas sosial masyarakat kedua negara telah berlangsung sangat baik hingga ke hari ini, walaupun garis pembatas negara telah termaterai dengan jelas.
Hubungan sosial dan budaya pada hakikatnya menembusi batas-batas sempadan negara bangsa. Apalagi kelompok masyarakat yang bermigrasi, memilih menetap di sebuah negara, sejatinya tetap membawa dan mengamalkan adat istiadat serta tradisi hidup sehari-hari, karena eksistensi sebuah kelompok masyarakat akan berkembang dan kuat, apabila diwarnai dengan identitas budaya yang dibangun melalui bahasa perturan.
Di kalangan masyarakat rumpun Melayu, bahasa menjadi sebuah identitas kelompok. Demikian juga tradisi hidup sehari-hari mencerminkan ciri khas dan identitas yang unik. Oleh karena itu, bahasa dan adat istiadat budaya sebuah bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jiwa anggota masyarakatnya. Kemanapun mereka pergi, pasti akan tetap membawa tradisi budayanya masing-masing.
Masalahnya tradisi hidup akan kekal kuat sebagai ciri khas kelompok tersebut atau mengalami akulturasi yang mengalami kemunculan budaya baru dengan mengekalkan akar budaya asal atau sama sekali berubah, karena terkikis oleh globalisasi dan modernisasi, tergantung pada seberapa kuat anggota masyarakatnya melestarikan ciri khas dan menjaga jati diri kelompoknya.
***
Kuat terasa hembusan bayu,
Nyiur di pantai daunnya melambai;
Berpantun seloka tradisi Melayu,
Seni bermadah bijak dan pandai.
***
Semua kelompok masyarakat mengandalkan bahasa sebagai media mengekalkan identiti kelompok dalam bereinteraksi menyampaian pesan, seperti nasihat dan teguran. Bagi sesebuah kelompok masyarakat, penyampaian pesan-pesan  bisa lewat syair, seloka, dan pantun. Dalam masyarakat Melayu, pantun menjadi media belajar, atat pemersatu, penyampaian pesan, bernegosiasi, pujian, sindiran,  teguranan  yang mampu mencairkan suasana.
Dalam berbagai tulisan sejarah, pantun telah lama menjadi tradisi yang dipakai sebagai media diplomasi para utusan raja-raja Melayu sejak dahulu kala, demikian juga para cerdik pandai, mengungkapkan pesan dan nasihat lewat bait-bait pantun yang indah.
Fungsi pantun sebagai media pemersatu yang mengakrabkan anggota masyarakat antar negara di zaman modern ini, terasa kuat sekali dalam kegiatan "Festival Pantun Pendidikan Negeri Serumpun 2021" yang berjaya diselenggarakan atas kerjasama Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) dengan  Jabatan Kebudayaan dan Kesenian Negara (JKKN) Malaysia.Â
Hajat besar yang berlangsung selama tiga bulan, yakni Juli-September 2021 itu, diakui oleh semua pihak akan dampak positif terhadap hubungan yang terjalin kuat dan akrab antara guru dan siswa Indonesia dan Malaysia, termasuk terjalinnya hubungan baik para penggiat seni budaya dari Singapura dan Brunei Darussalam.
Tujuan kegiatan yang bertema "Berpantun Kita Berbudaya, Berbudaya Kita Bersaudara" tersebut mampu memupuk persaudaraan guru dan siswa di negara rumpun Melayau. Selain itu, untuk menindaklanjuti pengiktirapan dunia melalui UNESCO, bahwa pantun merupakan warisan budaya bukan benda milik bersama Indonesia dan Malaysia yang secara terus menerus selalu dijaga dan dilestarikan.
***
Pohon asoka batangnya rendah,
Di tepi telaga tumbuhnya damar;
Pantun seloka budaya yang indah,
Mari lestarikan janganlah tercemar.
***
Eksistensi dan peran Sekolah Indonesia Kuala Lumpur sebagai Pusat Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Malaysia juga sangat dirasakan oleh pemerintah dan sekolah-sekolah di Malaysia. Jabatan Pendidikan Negeri di Semenanjung, Sabah Sarawak, dan wilayah Persekutuan Labuan turut merespon dengan mengutus peserta dari sekolah di bawah wilayah administrasi masing-masing.
Kegiatan festival seni dan budaya pantun ini berlangsung secara online melalui aplikasi dan zoom, karena mempertimbangkan situasi pandemi Covid-19. Rangkaian kegiatan dalam festival ini, terdiri dari empat kegiatan utama, yakni: Pertama, Seminar Internasional dengan 5 orang pemateri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Kedua: Lomba cerdas cermat pantun untuk guru dan siswa jenjang SD, SMP, dan SMA. Â Ketiga: Lomba kreasi lagu berpantun untuk guru dan siswa. Keempat: Pentas Apresiasi Seni Budaya Festival Pantun Pendidikan.
Antusias guru dan siswa terhadap kegiatan ini sangat tinggi sekali, terutamanya peserta dari Malaysia. Total jumlah peserta dari guru dan siswa untuk kategori cerdas cermat pantun adalah: 117 orang guru, 243 siswa SMA, 154 siswa SMP, dan 386 siswa SD. Untuk 6 orang pemenang di setiap kategori mendapat piala, sertifikat, dan uang tunai.
Berdasarkan data panitia festival, total peserta yang mendaftar untuk semua kategori adalah 1,741 orang. Pada saat peresmian dan Seminar Internasional, disaksikan oleh sedikitnya 2,124 orang perserta melalui Zoom dan live streeming lewat SIKL Channel TV.
Untuk mendukungan kelancaran acara pertandingan ini, turut dilantik 4 orang pakar lagu sebagai juri pertandingan kreasi lagu berpantun, dan 24 orang juri dari Indonesia dan Malaysia untuk menjadi juri cerdas cermat guru dan siswa.
Selama berlangsungnya kegiatan festival, telah terkumpul sebanyak 89 video kreasi lagu berpantun kategori pelajar dan 27 video kreasi lagu berpantun kategori guru. Kesemua video tersebut dapat ditonton di SIKL Channel TV.
Adapun jumlah pantun yang berhasil terkumpul dalam pertandingan tersebut, sebanyak 11.914 pantun. Jumlah tersebut belum termasuk pantun-pantun yang banyak diciptakan secara spontan oleh guru dan siswa selama terjalinnya interaksi di dalam grup WhatApp panitia dan peserta. Sebagai output dari kegiatan ini, panitia berencana untuk membukukan pantun-pantun tersebut supaya menjadi bukti nyata kebersamaan dan keakraban masyarakat negeri serumpun.
Kegiatan ini terlaksana dengan baik atas dukungan berbagai pihak, seperti KBRI Kuala Lumpur, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM), dan Kementerian Kesenian dan Pelancongan Malaysia (MOTAC), dan Kementerian Pendidikan RI.
Festival pantun menjadi sangat spesial, karena pantun telah mendapat pengakuan UNESCO. Semakin meriah dengan keikutsertaan Menteri Pendidikan dan para kepala daerah di Indonesia yang turut menyampaikan dukungan dan ucapan selamat kepada SIKL melalui video berpantun. Dalam acara peresmian, turut ditayangkan video berpantun Menteri Pendidikan RI Nadiem Makarim, Gubernur Kepulauan Riau H. Ansar Ahmad, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansyah, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid dan Ketua Pengarah JKKN Malaysia YBrs. Tn. Hj. Mesran bin Mohd Yusof ikut menyampaikan rasa bangga atas terselenggaranya acara yang dampaknya sangat positif dalam mendukung pengakuan UNESCO terhadap budaya pantun.
Seni dan budaya berpotensi merapatkan dan mengakrabkan hubungan masyarakat negeri serumpun, karena latar belakang kedekatan geografis serta kesamaan budaya masyarakatnya yang berasal dari akar yang sama.*
Kuala Lumpur, 04102024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H