Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengukur Kedewasaan dan Empati Netizen terhadap Korban Bencana Alam Merapi

5 Desember 2023   10:38 Diperbarui: 5 Desember 2023   11:11 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada situasi normal, saya pernah melihat pemandangan ke arah gunung Merapi yang terletak di antara Kabupaten Agam dan Tana datar itu sebagai sebuah pemandangan yang indah. Bila berkesempatan berkunjung ke Sumatera Barat, sebelum mendarat di Bandara Internasional Minangkabau, tampak gunung Merapi berdiri megah, menjulang tinggi di kejauhan. Indah sekali. Solah-oalah menyapa setiap pengunjung "Silahkan menikmati keindahan Ranah Minang!"

Pengalaman Pribadi Mengalami Bencana Erupsi Merapi

Dalam satu perjalanan udara ke Ranah Minang sekitar lima tahun silam, pesawat yang saya tumpangi hampir tidak bisa mendarat akibat debu erupsi Merapi yang mengganggu jarak pandang di landasan pacu. Setelah berputar beberapa kali di udara, akhirnya menara ATC mengizinkan pilot mendaratkan pesawat.

Situasi kami bisa dikatakan tidak berhadapan langsung dengan bencana alam seperti para pendaki yang kurang beruntung tersebut, para penumpang di dalam pesawat sudah gusar. Seorang ahli akademisi dari kampus ternama di Suamtera Barat yang selama di perjalanan asik ngobrol dengan saya, dia langsung terdiam, khusuk berdoa, seraya mengangkat tangan, memejamkan mata, mulutnya komat kamit memanjatkan doa memohon keselamatan kepada sang Khaliq.

Saya sendiri duduk diam, berusaha tenang. Kalau pesawat tidak diizinkan mendarat, maka pasti akan kembali semula atau Return to Base (RTB) ke Kuala Lumpur. Saya menoleh ke luar jendela pesawat, melihat ke arah gunung Merapi yang sedari pagi menyemburkan abu vulkanik. Situasi menjadi lebih parah, karena saat itu Pulau Sumatera diselubungi kabut asap tebal akibat kebakaran lahan sawit dan hutan.

Selang beberapa menit, sang pilot mengumumkan bahwa menara ATC telah mengizinkan kami mendarat. Sontak para penumpang tepuk tangan, menyambut gembira keputusan tersebut. Akhirnya kami bisa beraktivitas selama beberapa hari dan menikmati keindahan Negeri Datuk Maringgi.*

Kuala Lumpur, 05122023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun