Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Etika Komunikasi: "Saya yang Seharusnya Berterima Kasih"

20 September 2022   20:51 Diperbarui: 20 September 2022   21:04 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TERIMA KASIH adalah ucapan sederhana yang memiliki makna mulia. Dampaknya sangat besar sekali. Saya yakin semua pembaca mengetahui dampak bila kita ucap kata terima kasih atau menerima ucapan itu dari orang lain.

Masalahnya, ucapan sederhana itu kadang kita alfa mengucapkannya. Ucapan sederhana yang bisa jadi berat dan ucapan gratis itu bisa jadi mahal tuk diucapkan.

Saya kadang suka perhatikan komunikasi langsung orang-orang di sekitar saya atau komunikasi tidak langsung secara online. Jujur saja, kita masih sering abai dengan hal sederhana dan gratis ini.

Dalam berkomunikasi perlu juga kita didik lawan komunikasi kita, sekaligus mengingatkan untuk menghargai orang lain dalam berkomunikasi. Kalau ada orang yang abai mengucap terima kasih padahal kita sudah bantu, maka justeru saya yang sering mengucap terima kasih. Ketika sadar, akan malu sendiri dan menjawab, "Justeru saya yang seharusnya berterima kasih."

Mendengar atau membaca ucapan tersebut saya kadang senyam senyum sendiri. Dalam hati terbesit, kenapa kamu tidak ucap, kalau memang kamulah yang seharusnya berterima kasih?

Kalau saya coba analisa perilaku komunikasi seseorang, bahwa salah satu faktor seseorang abai mengucap terima kasih, karena minimnya rasa hormat kepada patner komunikasinya. Buktinya kalau orang tersebut berbicara dengan presiden, menteri atau pejabat tinggi yang disegani dan dihormati, rasanya kecil sekali kemungkinan tidak mengucapkan terima kasih.

Faktor lupa? Bisa saja diterima, tetapi sikap abai itu, karena kita kurang hormat kepada orang lain. Kalau kita benar-benar hormat, maka pasti akan mawas diri, jangan sampai abai dari menyempurnakan etika komunikasi.[]

Terima kasih, karena telah berkenan membaca.

KL: 20092022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun