Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membuat keterhubungan pada masyarakat semakin erat (connected people). Sebenarnya tentu ada dampak positif dan negatif dari hal tersebut terhadap pengembangan usaha pada bisnis start-up.
Dipahami bahwa untuk ukuran Indonesia, bisnis sturup berbasis IT mulai berkembang pesat pada awal tahun 2000. Saat ini banyak bermunculan pemilik usaha baru yang basis internet.
Hal ini semakin maju seiring dengan berkembang teknologi informasi dan juga perdagangan bebas dalam arus modernisasi dan globalisasi.
Bisnis start-up di Indonesia pada awalnya menggeliat dari penyedia aplikasi game online, jasa pendidikan, dan sektor perdagangan seperti e-commerce dan portal-portal informasi.
Antara contoh yang bisa diangkat di sini adalah sistem pembayaran elektornik atau e-payment di supermarket, mini market, toll, taxi, restoran, dan lain sebagainya.
Dalam dunia pendidikan juga kita kenal dengan berbagai jenis jasa berbasis IT, seperti: e-certificate, e-journal, e-book, dan juga sistem belajar jarak jauh. Manakala sistem informasi kita cukup familiar dengan quick count, penyedia jasa informasi lapangan kerja, menjamurnya media sosial, dan berbagai jenis usaha lainnya.
Semua jenis usaha tersebut dan situasi yang berkembang tentu memiliki dampak positif dan juga negatif bagi perkembangan usaha, terutama bisnis starup yang notabene masih sangat muda. Situasi ini  tentunya berdampak pada maju mundurnya sebuah bisnis yang baru dibangun atau sedang mulai berkembang.
***
Dampak positif perkembangan IT dan keterhubungan masyarakat yang semakin erat  terhadap perkembangan usaha bisnis starup, sebagai berikut:
Pertama: Dengan TIK dan internet, perusahaan sturup lebih mudah dan efesien melakukan terobosan, cepat terekspose di tengah masyarakat umum karena keterjangkauan media informasi internet yang sangat cepat dan mampu melangkaui wilayah yang tanpa batas.
Contoh kasus dapat dilihat dari kemampuan dan kejelian pemanfaatan perkembangan TIK oleh moda transportasi online seperti perusahaan starup Go-Jek menjadi cepat booming, apalagi di tengah kesemerawutan sistem transportasi konvensiaonal.Â
Kedua: Tidak memerlukan modal khusus untuk memasang iklan agar masyarakat mengenal bisnis yang kita bangun, tetapi cukup dengan bantuan media sosial sudah memadai dan mencakupi fungsi iklan.
Artinya secara langsung dan tidak langsung, pelanggan dengan sendirinya telah menjadi agen promosi yang paling ampuh apabila mereka posting kegiatan yang berkaitan dengan usaha kita di status media sosial mereka.
Ketiga: Urusan menjadi lebih efesien dan murah, termasuk saat mengurus perizinan usaha. Di era digital saat ini segala urusan diakui lebih sederhana dan cepat. Bahkan sistem-sitem layanan di instansi pemerintahan juga sudah beralih ke sistem layanan berbasis IT, sehingga kita kenal dengan istilah e-government.Â
Contoh sederhana, kalau zaman dulu untuk berurusan di bank harus antre lama, sekarang cukup dengan nomor antrean atau bahkan antrean elektornik yang bisa kita peroleh dari rumah. Bahkan kini tidak perlu menabung dengan cara menyerahkan uang ke kasir, karena sudah tersedianya mesin cash deposit yang semua nasabah bisa memasukkan uang kapan saja selama mesin itu beroperasi.
Keempat: Dapat meminimalkan pemakaian jasa/tenaga manusia.
Contohnya dengan adanya CCTV bisa mengurangkan jumlah tenaga keamanan dan atau meminimalkan volume kerja petugas keamanan.
Demikian juga dengan sistem e-toll bisa mengurangi tenaga/petugas penjaga loket di gerbang toll.
Kelima: Perusahaan lebih kreatif menciptakan inovasi-inovasi baru. Perusahaan yang pemanfaatan TIK akan lebih efesien dalam berinovasi.
Maka dengan demikian akan menyebabkan turunnya biaya produktivitas sehingga masyarakat bisa menikmati harga produk yang lebih terjangkau.
***
Dampak negatif perkembangan IT dan keterhubungan masyarakat yang semakin erat  terhadap perkembangan usaha bisnis start-up, sebagai berikut:
Pertama: Ketika semua perusahaan baik perusahan starup maupun yang telah lama mapan sama-sama memanfaatkan teknologi IT, maka sulit bagi perusahaan starup bersaing merebut konsumen dengan perusahaan besar yang telah lama maju. Semakin canggihnya kemajuan IT, maka semakin tingginya persaingan bisnis antar perusahaan.
Kedua: Kemajuan IT juga menjadi alat mematikan bisnis starup. Kemajuan IT yang ditandainya dengan tingkat keterhubungan masyarakat yang semakin erat, sangat gampang untuk melakukan sabotase atau mengaitkan sebuah perusahaan starup dengan hal-hal dapat merusak atau menghambat usaha perkembangan bisnis.
Ketiga: Sangat bergantung dengan ketersediaan listrik dan jaringan internet. Perusahaan yang bergerak berbasis teknologi canggih akan lumpuh total apabila terputusnya listrik dan internet.
Terkait situasi ini, bukan saja bisnis starup yang mengalami kendala, tetapi juga perusahaan mega yang telah beroperasi lama akan mengalami dampak buruknya.
Keempat: Untuk negara berkembang yang populasi penduduknya banyak, bisa tidak terserapnya tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
Hal ini dapat dicermati dengan berkembangnya perusahaan jasa CCTV yang bisa berkurangnya tenaga petugas keamanan.
Demikian juga dengan diberlakukannya sistem e-toll dapat mempersempit peluang kerja masyarakat yang sebelum ini bisa diserap sebagai penjaga loket di gerbang toll.
Kelima:Â Dengan mudahnya pemanfaatan IT, menyebabkan menjamurnya perusahaan starup serupa sehingga terjadi overlapping peran.
Ketika perusahaan melaksanakan strategi penurunan harga akibat tingginya persaingan. Perusahaan start-up bidang transportasi online yang banyak bermunculan selain Gojek, Grab, dan Uber.
Akibat persaingan yang sangat tajam berpotensi terjadinya konflik internal dan eksternal.
Demikian, semoga bermanfaat.
KL: 27062022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H