Di lapangan, tak sedikit yang mewartakan berita Mobil Setan mogok di tengah perjalanan, berita oper-operan penumpang, dan bahkan insiden kecelakaan, baik ringan maupun berat. Bagaimana tidak, kelajuan menerobos jalan raya tidak terkontrol. Saya belum lihat Mobil Setan yang speedometer-nya aktif.Â
Maklum saja manajemen pengelolaanya cenderung berbasis target setoran dengan upaya perawatan yang minim. Alhamdulillah, selama menggunakan jasa Mobil Setan, semuanya baik-baik saja dan lancar jaya.
***
Pejabat negara dan daerah serta ahli politik perlu selalu mencoba dan menikmati sensasi lajunya Mobil Setan. Maklum ketika jalur utama macet, maka dengan sigap pak sopir membanting stir, berbelok menelusuri jalan tikus.Â
Tapi jangan khawatir, jalur arternatif ini tetap menyenangkan, karena akan menyuguhkan kita pemandangan indah area pegunungan dan perkampungan yang masyarakat ramah. Masalahnya kita harus bersusah payah melewati jalan sempit, becek, dan berbatu.
Ada pemandangan lucu bagi saya, di jalan yang kondisinya tidak layak di negeri yang kaya akan hasil bumi, terpampang papan poster sapaan sang politikus ganteng dan cantik dengan moto "Membangun Bersama Meraih Kemajuan dan Kesejahteraan."
Saya gagal paham, maklum dengan tingkat literasi saya yang dangkal, disuruh kaitkan moto tersebut dengan kondisi infrastruktur jalan yang memperihatinkan. Jujur saya malu kalau jadi politikus memasang poster di tempat yang memperihatinkan sepeti itu.
Saya tidak akan membahas lebih jauh masalah politik. Saya yakin bila politikus yang gambarnya terpampang di poster tersebut bisa menang lagi, mungkin baru akan memperbaiki atau membangun infrastruktur yang lebih layak dari kondisi sekarang.
Yang pasti pemeritah daerah dan wakil rakyat, pasti memikirkan konstituen masing-masing, karena jabatan adalah amanah Allah dan rakyat yang semua itu akan dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat.
***
Setelah berjam-jam mobil yang saya tumpangi saling salip dengan mobil lain dalam kemacetan yang luar biasa dan dengan lincah menelusuri likunya jalan tikus di area pegunungan, akhirnya saya sampai ke kota tujuan, Sukabumi. Sebuah kota kosmopolitan yang menjadi penyangga penting perekonomian ibukota Jakarta.
Rasa letih jadi hilang setelah bisa menunaikan solat fardu di masjid agung dan menikmati berbagai kuliner khas, seperti Mochi Spesial, kue Sari Jahe, Sagon Bakar Ciaul, nasi Tutug Oncom, bubur ayam Odeon dan Geco.Â