Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Paradigma Epistemilogi dalam Mencari Kebenaran

14 Mei 2022   09:01 Diperbarui: 16 Mei 2022   13:22 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paradigma Konstruktivisme

Ontological relativism percaya bahwa ada lebih dari satu jenis kebenaran, sedangkan epistemological rationalism percaya pada penggunaan reason sebagai basis utama menjustifikasi beliefs dan claims. Dengan kata lain, rasio dan logika manusia merupakan sumber penting bagi penemuan pengetahuan baru. Dalam hal penelitian, pendekatan epistemology ini mirip dengan pendekatan emik.

Pendekatan emik merupakan pendekatan orang dalam. Dalam hal ini, peneliti percaya pada pendekatan subyektif tentang realitas. Ada pendapat bahwa emik tidak bisa disejajarkan dengan subjektif saja tetapi bisa juga sekaligus disejajarkan antara obyek dan subjek. 

Maka pendekatan etik sebagai pendekatan orang luar yang dinilai sangat tertutup dalam hal makna, seperti prinsip obyekyektif, pasti akan berhubungan dalam masalah obyek-subyek karena dalam karya etnografi khususnya etik dan emik saling menguatkan antara satu sama lain.

Dalam diskusi filsafat disebutkan bahwa ontological relativism dan epistemological rationalism memunculkan constructivism paradigm. Ontological realism percaya bahwa ada satu jenis kebenaran, sedangkan epistemological empiricism percaya bahwa kebenaran bisa diukur dan diuji kebenarannya dengan pengalaman dan observasi. Maka dari ontological realism dan epistemological empiricism tersebut muncul positivism paradigm.

Paradigma Pragmatisme

Epistemologi dilihat sebagai inti bagi filsafat Pragmatisme. Epistemologi menjabarkan andaian dasar tentang manusia dan realitas dalam Pragmatisme. Maka pragmatisme dikatakan bermula dari persoalan epistimologi terutama dalam upaya membuat gagasan menjadi lebih jelas dan ilmiah. Maka dalam paradigma penelitian upaya menjelaskan gagasan penelitian adalah melalui uji eksperimen.

Empat teori kebenaran dalam epistemologi, yaitu: kebenaran korespodensi (menekankan kesesuaian antara pernyataan realitas), kebenaran koherensi (menekankan kesesuaian proposisi yang satu dengan yang lain), kebenaran pragmatik (menekankan konsekuenasi gagasan dengan tindakan), dan kebenaran performatif (menghasilan suatu realitas). Posisi teori dalam epistimologi pragmatisme adalah sebagai alat untuk membantu peneliti melakukan prediksi atas fenomena empiris.

Epistimologi telah mengkonstruksikan alur penelitian yang menggambarkan cara berpikir peneliti yang menjunjung tinggi keterbukaan dan kebenaran di atas segala-galanya. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan benar-benar ditopang oleh konsep-konsep rasionalisme, empirisme, kritisme, fenomenologi, dan positivisme.

Kesemua hal tersebut dikaji dari penerapan metode-metode ilmiah, dimana fenomena alam yang terjadi didasarkan pada logika serta dikaji secara empiris untuk kemudian diuji sebagai temuan ilmua pengetahuan. 

Metode ilmiah yang dimaknai sebagai penerapan metodologi sebagai bentuk prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, cara teknis, konsep kerja, dan langkah-langkah untuk memperoleh pengetahuan yang baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun