Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Pawang Hujan Semakin Basah Kuyup Pasca Mandalika

25 Maret 2022   19:09 Diperbarui: 25 Maret 2022   19:11 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah hampir sepekan  perhelatan MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok, perbincangan tentang pawang hujan Rara Istiani Wulandari yang akrab disapa Mbk Rara belum juga reda, bakan semakin ramai dibicarakan. Kalau sebelum ini berbentuk pemberitaan, kini bergeser dalam bentuk meme, sindiran, lelucon, bahkan makian yang  jelas bullying. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya dihujat oleh jutaan nitezen.

Mengapa  bisa terjadi demikian? karena warga secara umum selalu melihat sesuatu permasalahan dari perspektif keyakinan masing-masing secara sepihak, tanpa berusaha melihat dari perspektif objek permasalahan itu sendiri, termasuk mengesampingkan upaya menghayati dan menghargai keyakinan orang lain. Alhasil kita terkesan menghakimi.

Di balik keriuhan perhelatan MotoGP Mandalika, nama Mbk. Rara  senantiasa meramaikan media dalam negeri dan juga luar negeri. Saya berangkat kerja, penyiar radio Malaysia juga membicarakan aksi nyentrik Mbk Rara. Maklum aksinya sambil basah kuyup di tengah arena sirkuit telah menjadi pusat perhatian penonton, baik secara langsung langsung maupun melalui layar kaca televisi seluruh dunia.

Mbk Rara telah basah kuyup diguyur hujan deras di arena balap kuda besi MotoGP Mandalika, setelah itu pula berhari-hari dihujani protes, ledekan, cercaan, hinaan, dan semacamnya dari netizen, khususnya netizen +62. 

Sebenarnya ketika kita berusaha mencermati dari sisi keyakinan Mbk Rara yang dirinya merasa memiliki kemampuan indera keenam, maka sah-sah saja kalau Mbk Rara mengklaim dirinya mampu menggeserkan hujan atau bahkan menghalang turunnya hujan. Namanya saja pawang hujan pasti tugasnya berkaitan erat dengan masalah hujan. Apalagi bila diminta oleh pejabat tinggi negara dengan mahar ratusan juta, ibarat asam di gunung garam di laut bertemu di dalam kuali.

Apakah ketika Mbk Rara benar lantas kita jadi salah? Tentu tidak demikian, karena kita juga benar atas sebab melihat masalah turunnya hujan bukan dari keyakinan Mbk Rara, tetapi dari konsep sains dan bagi  kita umat Islam  berdasarkan keimanan kepada Allah yang mengatur segala yang di langit dan di bumi.

Kini hampir semua platform media sosial selalu saja ada lelucon "pawang" yang menirukan aksi Mbk Rara saat berada di arena sirkuit Mandalika. Ada video lelucon pawang sindiran  kelangkaan minyak goreng, pawang sindiran korupsi, pawang  sindiran tiga periode, pawang suami doyan nongkrong, pawang sindiran berpoligami, dan konten youtube anak kecil pun tentang sesajen aksi pawang hujan Rara Istiani Wulandari. 

Semoga kita bisa lebih obyektif mencermati setiap permasalahan tanpa harus membuli dan menghakimi keyakinan orang lain berdasarkan keyakinan kita. Namanya saja berbeda keyakinan pastilah  salah di mata kita karena tidak sesuai dengan apa yang kita imani.[]

Sekadar berbagi.

KL: 25032022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun