Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berita Pawang Hujan Lebih Seksi daripada Juara MotoGP Mandalika

21 Maret 2022   22:06 Diperbarui: 22 Maret 2022   19:26 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sirkuit kebanggaan Indonesia dan juga dunia di Pulau Lombok diguyur hujan lebat. Seorang perempuan paruh baya berjalan di arena sirkuit dengan mulut komat kamit sambil memukul-mukul mangkok tembaga. Seraya sedang melakukan ritual memohon agar hujan deras segera berhenti. Itulah Rara Istiani Wulandari yang didapuk untuk mengendalikan cuaca selama perhelatan balapan MotoGP 2022 di Mandalika International Street Circuit,  Lombok, NTB.

Indonesia dinilai sukses menghelat hajat besar balapan kuda besi bertenaga tinggi  kelas dunia MotoGP Mandalika, Minggu (20/3/2022). Kesuksesan ini  tentu akan memberikan dampak besar kepada banyak hal, salah satunya bangkitnya pariwisata Indonesia setelah dua tahun terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Di balik suksesnya perhelatan tersebut, pasti di sana sini masih banyak kekurangan yang perlu untuk dievaluasi, seperti masalah kemacetan lalu lintas menuju venue,  penonton yang terlantar tidak ada penjemputan setelah acara, ketersediaan moda transportasi yang minim, penglibatan stakeholder berupa SDM lokal dan juga moda transportasi daerah, dan lain sebagainya yang semua itu harus didiskusikan untuk menampung aspirasi dari bawah demi kebaikan bersama.

Sungguh perhelatan yang luar biasa, riuh sekali dengan berbagai kejadian, hujan lebat, aksi pawang hujan, intensitas kedatangan tamu di bandara, hingga kecelakaan Marc Marques, pembalap yang digadang-gadang menggantikan sang legendaris Valentino Rossi, dan penampilan memukau Miguel Oliveira sebagai penakluk litar basah Mandalika. Tentu semua itu dinarasikan dalam berbagai ragam berita.

Menariknya berita-berita tentang pawang hujan  lebih seksi daripada berita Miguel Oliveira yang berhasil naik podium sebagai penakluk MotoGP Mandalika 2022. Maklum balapan sempat ditunda dua kali karena arena sircuit diguyur hujan deras. 

Terlepas dari hujan sebagai sebuah rahmat, namun hujan juga merupakan kendala utama bagi mereka yang mengadakan sebuah hajat, baik itu skala RT, kecamatan, hingga negara. Untuk itu, yang melaksanakan hajat perlu menyiasati kapan sebaiknya merencanakan acara, supaya lancar dan tertib.

Secara alamiah, manusia tidak bisa menentang alam sebagai manifestasi kehendak Yang Maha Kuasa. Manusia hanya bisa berusaha, Tuhan yang akan menentukan. Kalau mengadakan acara di musim hujan, tentu besar kemungkinan akan terkendala hujan. Dalam situasi ini, kalau Tuhan sudah berkehendak, puluhan pawang hujan pun tidak akan  mampu menghalang hujan menyirami bumi.

Kalau kita bicara pawang dalam konteks sumber daya kearifan lokal, ya sah-sah saja, karena alam nusantara penuh dengan hal-hal berbau magis.  Maka tak heran kalau  sampai pejabat negara juga senantiasa melibatkan peran  lain di luar kuasa manusia. Eksistensi pawang tidak bisa kita persalahkan, karena itu kepercayaan mereka. Yang salah adalah orang yang memakai jasa pawang.

Namun sangat disayangkan karena  perhelatan internasional masih diwarnai dengan hal-hal mistis. Padahal kalau mau benar-benar mewarnai kearifan lokal masyarakat Sasak yang religius di pulau Seribu Masjid akan lebih sesuai bila tokoh masyarakat dan pemerintah menghidupkan syiar agama, berdoa bersama para kyai dan santri, serta seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat untuk memohon kelancaran acara dalam cuaca yang cerah dan dijauhkan dari segala rintangan.

Kita semua harus lebih realistis, tak perlu melibatkan unsur-unsur magis  di zaman modern ini, supaya kita tidak sampai menyalahkan pawang hujan bila nyatanya hujan turun dengan lebat. Pawang hujan hanya manusia yang lemah di hadapan Tuhan, tak akan mampu menahan kodrat Yang Maha Kuasa. Yang salah adalah manusia modern yang seharusnya lebih logis dalam berpikir dan bertindak, tetapi justeru melibatkan unsur magis. 

Maka mari kita introspeksi diri, sambil mengevaluasi setiap hal yang masih kurang dan janggal agar kedepannya bisa lebih baik buat masyarakat dan negara Indonesia.[]

Sekadar berbagi. Salam sehat selalu.

KL: 21032022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun