Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gaya Selingkung Karya Ilmiah Calon Sarjana

21 Februari 2021   18:16 Diperbarui: 19 Februari 2022   18:03 1825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENULIS itu gampang-gampang susah. Banyak yang bilang, susah sekali untuk memulai menulis. Bagi saya, bisa iya, bisa juga tidak. Sebenarnya karena kita belum bisa menyusun kerangkanya, sehingga untuk mengisi alur narasi, kita kesulitan memulai atau merangkaikan kata dan kalimat. Maka sangat dimaklumi ketika banyak yang kesulitan memulai menuangkan ide yang banyak di kepalanya.

Teman saya di sebuah media nasional bercerita, kalau akan menulis hasil reportasenya, dia akan merokok dulu sampai puas. Ada juga yang nongkrong dulu, ketawa ketiwi bersama teman-temannya. Dan yang paling umum, banyak yang sambil menikmati kopi hitam manis dengan aroma khas Indonesia. Saya tidak sebut di sini nama kopinya karena nanti dibilang iklan.

Baiklah, kita kembali ke masalah pokok, yakni menulis gaya selingkung. Untuk lebih memudahkan kita menulis sebuah artikel, terutama karya ilmiah di perguruan tinggi, mahasiswa perlu memahami terlebih dahulu gaya selingkung yang dipakai oleh kampus masing-masing. Beda kampus beda selera dan beda gaya selingkung yang diamalkan. Kira-kita dalam bahasa agak kerennya adalah pedoman tata cara penulisan yang dipakai. Hal ini biasa disebut dengan "gaya selingkung."

Banyak sekali gaya penulisan karya ilmiah. Sebut saja MLA, Chicago, Turabian style, dan APA Style. Di beberapa perguruan tinggi, banyak menggunakan APA Style (American Psychological Association). Lalu mana yang lebih bagus? Semuanya bagus, hanya saja bila kita akan menulis untuk sebuah intitusi, maka kita perlu tahu model yang digunakan oleh institusi tersebut.

Pada kesempatan ini saya ingin menjelaskan pedoman penulisan APA Style. Dalam menghasilkan artikel, paper, laporan, Tugas Akhir Program, skripsi, tesis, dan juga disertasi, hendaknya memiliki elemen-elemen dasar yang umum, seperti berikut:

1. Halaman judul

2. Daftar isi

3. Abstrak

3. Tubuh (Bab 1-5)

4. Daftar Pustaka

5. Lampiran, Glosarium, Catatan Akhir

Sebenarnya dalam APA Style juga memiliki variasi-variasi yang disesuaikan dengan kebutuhan tertentu. Semua itu sah-sah saja, asal tidak menyalahi konsep dasar sebagai ciri APA Style. Maka jangan heran kalau menemukan beberapa perguruan tinggi yang menganut APA Style, tetapi memiliki sedikit perbedaan karena pengembangan tertentu.

Yang perlu diperhatikan dalam membuat kerangka skripsi, thesis, dan disertasi adalah:

1. Bagian Awal (halaman judul, abstrak, daftar isi, dan lain-lain)

2. Pendahuluan (Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dll)

3. Tinjauan Pustaka / Landasan Teori.

4. Metode Penelitian (Bisa pendekatan kualitatif atau kuantitatif)

5. Hasil Penelitian dan Pembahasan

6. Penutup (Kesimpulan dan Saran)

7. Daftar Pustaka

8. Bagian akhir (Lampiran, glosarium, dan lain-lain)

Selanjutnya kita perlu juga memperhatikan format penulisannya. Untuk jenis huruf menggunakan Times New Roman ukuran 12 dengan satu setengah atau dua spasi untuk semua teks dalam tulisan. (Tergantung selingkung yang dipakai).

Bagaimana dengan margin dan indentasi? Pada kertas A4, semua margin halaman (atas, bawah, kiri, dan kanan) harus minimal 1 inci. Semua teks, dengan pengecualian dari header dan margin kiri yang disesuaikan 1.5 inci atau  2 inci, serta semua teks isi harus rata kiri supaya rapih. Manakala indentasi, setiap baris pertama dari sebuah paragraf harus indent atau menjorok ke dalam sebesar satu inci dengan pengecualian baris pertama pada Abstrak yang harus tetap di awal margin.

Manakala posisi penulisan nomor halaman adalah di pojok kanan atas dengan menggunakan angka Arab, yakni 1, 2, 3 dan seterusnya. Penomoran dimulai dengan angka 1 di halaman judul bab pertama. 

Terakhir sekali terkait dengan sitasi, baik di dalam teks maupun di bagian akhir atau daftar pustaka juga telah diatur. Format sitasi di dalam teks saat melakukan kutipan adalah nama akhir pengarang dan tahun terbit. Penulisan bisa di awal kalimat, seperti Taufiq Hasyim Salengke, maka cukup ditulis: Salengke (2020) menjelaskan.....atau penulisannya di akhir kalimat seperti berikut: ............(Salengke, 2020).

Khususnya sitasi pada daftar pustaka, perlu penjelasan yang terperinci, mengingat banyak hal yang akan disitasi, seperti buku terbitan, buku yang tidak diterbitkan, demikian juga dengan jurnal dan berbagai rujukan yang lain, ada yang diterbitkan ada juga yang belum diterbitkan. Ada yang ada nama penulisnya ada yang tidak ada. Ada yang satu penulis, ada yang penulisnya banyak. Jadi perlu artikel khusus untuk menjelaskan hal ini.

Namun secara umum, sitasi pada daftar pustaka untuk buku terbitan, maka penulisannya adalah nama penulis yang ditulis nama keluarganya terlebih dahulu, kemudian tahun terbit yang ditulis dalam kurung, lalu judul buku yang ditulis miring, setelah itu tempat terbit dan terakhir penerbitnya.

Berikut contoh penulisan sitasi pada daftar pustaka: Untuk buku terbitan yang ditulis oleh Taufiq Hasyim Salengke pada tahun 2020, sbb: Salengke, T.H. (2020). Jendela Rumah Kita: Kaleidoskop 50 Tahun Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Bandung: Balatin.

Untuk sitasi jurna, polanya sama dengan di atas, hanya saja yang dimiringkan bukan judul jurnal, tetapi penerbit jurna. Sitasi jurnal lebih lengkap dengan volume dan nomor serta halaman jurnal, bahkan link DOI.

Berikut contoh penulisan sitasi jurnal, sbb: Purba, H.H. (2021). Implementasi Metode KPI dalam Industri: Kajian Literatur. Journal of Industrial and Engineering System. Vol. 2 No. 1. DOI: https://doi.org/10.31599/jies.v2i1.571.

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan sitasi pada daftar pustaka, bila lebih dari satu baris, maka baris kedua dan selanjutnya harus indent atau menjorok satu inci ke dalam.

Menulis perlu ada gaya dan tata cara, perlu terstruktur dan tersusun, serta perlu mengikuti kaidah-kaidah tertentu agar pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, dapat menimbulkan efek manfaat bagi semua pihak.[]

Demikian dan salam literasi.

KL: 21022021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun