Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tokoh di Balik Berdirinya Sekolah Indonesia di Malaysia

16 Agustus 2020   13:03 Diperbarui: 18 Agustus 2020   21:07 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Putra Indonesia berdarah Jawa yang lahir sebelum masa kemerdekaan ini sangat menginspirasi. Di umur 85 tahun, lelaki yang biasa disapa pak Sofyan ini masih lincah. Ingatannya sangat tajam, gaya bicaranya lugas dan ramah. Sekitar dua jam beliau bercerita panjang lebar tentang masa-masa merintis sekolah Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (1968-1969) dan juga ikut membidani serta menyaksikan sejarah lahirnya sekolah yang kini dibanggakan sebagai Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) terbaik di dunia.

Senang rasanya bisa berbicara banyak dengan Drs. H.R. Sofyan, sosok yang sangat berjasa dalam merintis berdirinya sekolah Indonesia di Malaysia. Bersama ketua Ikatan Alumni Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (IKA-SIK) Joko Satria, M.Sc., kami melakukan silaturrahmi di kediaman pak Sofyan di Sungai Kandis, Klang, Selangor, Sabtu (15/8) sore.

Dalam kurun waktu 53 tahun silam, beliau bersama beberapa staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur dan masyarakat Indonesia di Malaysia berbicara ringan tentang perlunya tempat belajar anak-anak Indonesia di Malaysia. Maklum sejak terjalinnya hubungan diplomatik Indonesia-Malaysia, terjadi eksodus masyarakat Indonesia ke Malaysia. 

Orang-orang Indonesia yang datang ke Malaysia, bukan saja untuk bekerja di sektor perkebunan dan perladangan, tetapi juga para ekspatriat, serta banyak sekali guru-guru Indonesia yang didatangkan oleh Pemerintah Malaysia untuk mengajar di sekolah-sekolah kebangsaan (SK) Malaysia.

Syukur gagasan mendirikan sekolah untuk anak warga negara Indonesia diterima baik oleh Duta Besar H.A. Thalib. Melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Alwi Oemry, Duta Besar menugaskan H.R. Sofyan bersama teman-teman lain sebagai tenaga pengajar di sela-sela kesibukan sebagai staf KBRI Kuala Lumpur. Solusinya tentu berdasarkan jadwal agar tidak terganggu tugas pelayanan di kantor perwakilan. Mereka berangkat mengajar dari gedung kedutaan yang lama di jalan Cambel, Kuala Lumpur, menuju Petaling Jaya. 

Sejarah awal kegiatan belajar mengajar berlangsung di sebuah rumah yang disewa khusus di bilangan Petaling Jaya, Selangor. Waktu belajar juga terbatas dari jam 8.00 sampai jam 12.00. Guru dan siswanya juga terbatas, hanya dalam hitungan jumlah jari tangan. 

Ada yang menarik yang diceritakan oleh pak Sofyan, saat itu dana kegiatan sekolah sangat terbatas, untuk bisa mengadakan acara tertentu, guru-guru akan urunan demi bisa mengadakan sebuah kegiatan bersama siswa. "Guru dan siswa, semuanya akrab dan saling menguatkan," ungkap pak Sofyan.

Setelah beberapa bulan kegiatan belajar berlangsung baik di Petaling Jaya, akhirnya Duta Besar H.A Thalib mengizinkan untuk menggunakan rumah dinasnya di jalan Maxwell (sekarang Lorong Tun Ismail) untuk dijadikan sebagai tempat bersekolah anak-anak Indonesia di Kuala Lumpur. Maka pada tanggal 10 Juli 1969 di tempat baru itu, diresmikanlah Sekolah Indonesia Kuala Lumpur yang hingga sekarang berkembang pesat menjadi pusat pendidikan dan kebudayaan KBRI Kuala Lumpur.

Suasana peresmian Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (Dok. SIKL)
Suasana peresmian Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (Dok. SIKL)
Pak Sofyan sangat terkenang dan terkesan dengan acara peresmian sekolah yang ketika itu diresmikan oleh Ny. Nujannah Thalib itu. Pasalnya beliau diberi kesempatan dan kepercayaan untuk memimpin doa detik-detik bersejarah itu. "Saya berharap apa yang saya panjatkan dalam do'a saya ketika peresmian itu diijabah oleh Allah, serta sekolah tempat belajar anak-anak Indoensia di Kuala Lumpur ini menjadi pusat pendidikan dan budaya Indonesia yang hebat di Malaysia," ujarnya.

Ternyata bukan saja fisik dan pemikiran yang dipersembahkan untuk SIKL, tetapi rumah dan madrasah yang dibangun di sebelah rumah beliau juga menjadi markas anak-anak Pramuka Gudep 001/002 KBRI Kuala Lumpur. Beliau selalu mengadakan acara kemah bagi anak-anak Gudep KBRI di tanah lapang di sekitar rumah beliau. Gedung madrasah yang beliau bangun di sebelah rumah, sering dipakai sebagai tempat mengadakan acara musyawarah gugus depan (Mugus).

Pak Sofyan sangat mengagumi SIKL, demikian siswa dan alumninya yang sangat peduli dengan guru-guru mereka, walaupun sudah menyebar di seantero pelosok dunia. Dalam kesempatan itu, pak Sofyan tak lupa menitip pesan kepada semua alumni SIKL agar senantiasa menjaga silaturrahmi dan terus maju serta tidak lupa beribadah kepada Allah yang maha kuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun