"Urusan pinjam meminjam uang itu tidak gampang. Gampang meminjamnya, tetapi sulit mengembalikannya. Lebih parahnya banyak orang yang pinjam uang malah pura-pura lupa atau justeru marah-marah bila diminta membayar hutangnya."
SEPULUH tahun silam, saya menerima pesan singkat (SMS) dari seorang yang saya tidak kenal sama sekali. Dia juga hanya kenal saya dari temannya yang sering berurusan ke tempat saya bekerja di sebuah kota yang disebut "Ujung Selatan Benua Asia". Intinya dia sangat memerlukan uang dan temannya menyarankan meminjam kepada saya.
Isi sms yang masuk cukup singkat. Hanya memperkenalkan diri, menyampaikan maksud, dan memberikan jaminan bahwa dia dapat dipercaya akan menepati janji untuk melunasi hutang tepat waktu.
Saya penasaran dan ingin mengujinya. Tanpa pikir panjang saya langsung menjawab "iya." Dia pinjam uang lewat sms dan saya menjawabnya lewat sms juga. Akhirnya sejumlah uang yang setara dengan 3.5 juta rupiah saya titip lewat temannya yang kebetulan hari itu datang ke kantor.Â
***
Logikanya memang tidak mungkin kita berani meminjamkan uang kepada orang yang sama sekali tidak kita  kenal  baik. Maklum orang yang kita kenal dekat saja cenderung mengelak dan bahkan mangkir dari hutang.
Sering sekali terdengar cerita bagaimana sulitnya menagih hutang, bahkan sering terjadi konflik dan berujung tragis menghabisi nyawa orang yang pernah berjasa kepadanya hanya karena tidak suka ditagih-tagih terus.
***
Kembali ke pokok cerita, menjelang waktu yang dijanjikan melunaskan hutang, kebetulan sekali saya ada kegiatan sosial keagamaan di tempat orang yang pernah pinjam uang tersebut. Di selah-selah acara, saya kaget dengan seorang perempuan mendekati saya dan memperkenalkan diri bahwa dialah orang yang pernah pinjam uang lewat sms beberapa bulan yang lalu. Dia menemui saya karena bermaksud untuk melunasi hutangnya.
Saya jadi kagum dengan kejujuran orang yang kalau mangkir pun saya tidak bisa kejar karena saya tidak punya jaminan KTP atau alamat rumah di Indonesia untuk ditagih.
Karena saat bertemu adalah bulan Ramadhan, saya malah bertanya apakah tidak ingin mengirim uang lebaran buat orangtuanya. Dia mengatakan ingin kirimkan uang lebaran ke kampung, tetapi karena punya hutang, maka dia memilih untuk melunasinya terlebih dahulu.
Saya jadi terenyuh sekali dan memutuskan agar tidak usah melunasi hutangnya saat itu supaya bisa mengirimkan uang untuk orangtuanya lebaran. Dia sangat senang dan berterima kasih atas sikap saya yang tidak pernah menagih, bahkan saat mau melunasi masih saya beri kesempatan mengutamakan keluarganya di kampung.
Dia janji akan melunasi hutangnya di akhir tahun karena selain akan dapat gaji bulanan juga akan mendapat bonus akhir tahun. Saya kasih nomor rekening supaya dia tidak perlu menemui saya saat melunasi hutang tersebut. Seperti waktu dijanjikan, dia sms bahwa uang telah ditransfer sesuai jumlah hutangnya.
Saya merasa senang dapat meringankan masalah keuangan yang dihadapinya dan bersyukur karena mendapat pengalaman luar biasa bertemu orang jujur dalam hal hutang piutang. Saya banyak mengambil pelajaran hidup dari kejadian yang saya alami ini.
Memang banyak masalah dalam hutang piutang, tetapi banyak juga orang yang jujur dan ikhlas serta bertanggung jawab atas kewajiban melunasi hutang.[]
Sekadar berbagi dan semoga bermanfaat.
KL: 09072020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H