Mengamati komukasi dan interaksi sosial yang beragam, sangat sering kita temukan yang aneh dan tak masuk akal, bahkan menyesatkan. Masalahnya karena informasi yang kita terima tak sesuai dengan fakta yang sebenar sehingga sulit untuk dicernanya dengan baik.
Logical Fallacy bisa diartikan kesalahan menalar atau bisa juga sesat berpikir. Hal ini merupakan hukum sebab akibat dari adanya kesalahan komunikator dalam menyampaikan data-data komunikasi kepada publik sebagai komunikan, baik atas maksud sengaja menutup-nutupinya atau memang masih belum lengkap. Hal ini akan cenderung terkesan tidak jujur, maka publik menjadi salah dalam membuat persepsi.
Kesalahan logika sering terjadi dalam dunia pemerintahan atau di tempat kerja. Pihak berwenang kadang menutup-nutup fakta tertentu untuk tujuan menjaga dan menyelamatkan negara atau instansi tertentu. Contohnya kita tahu bahwa kondisi ekonomi sebuah negara sedang morat marit, tetapi pemerintah tetap menyampaikan data kepada masyarakat yang seolah-olah aman dan baik-baik saja.
Bagaimana dengan keadaan logical fallacy untuk tataran keluarga atau individu? Sebenarnya logical fallacy berlaku dalam semua tataran masyarakat. Apabila ada komunikasi yang salah dan membuat orang lain keliru dan sesat dalam berpersepsi, maka itu termasuk logical fallacy.
Faktor terjadinya logical fallacy sebenarnya banyak. Di sini saya akan mencoba menulis tiga saja:
Pertama:Â Adanya upaya untuk menjaga kepentingan negara atau instansi tertentu sehingga satu-satu cara harus menutup sebagaian data dan membuka sebagian yang lain kepada pihak tertentu atau kepada publik.
Kedua: Adanya upaya melindungi pihak tertentu dari ancaman bahaya, sehingga informasi yang disampaikan sebatas yang aman-aman saja.
Ketiga: Sengaja ingin memanipulasi data untuk kepentingan tertentu dengan maksud curang.
Pola berpikir yang keliru dalam menyampaikan fakta-fakta kepada pihak lain dengan menutup-nutupi bagian tertentu,sehingga informasi yang tersalurkan tidak sempurna bahkan fatal.
Akibat dari kesalahan logika pada komunikator, pasti akan menyebabkan kesalahan logika pada komunikan yang akhirnya berbuntut pada kesalahan interpretasi dan juga aksi. Maka dalam situasi ini, sering kita dengar publik bingung dengan situasi yang ada. Hal ini sudah merupakan tanda-tanda terjadinya logical fallacy di tengah-tengah masyarakat.
Lalu bagaimana logika berpikir yang benar pada komunikasi dan interaksi sosial? Penyampaian data yang informatif menggunakan bahasa ilmiah yang objektif dengan berdasarkan fakta-fakta yang sesuai, sehingga pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melahirkan pemahaman dan efek yang positif.
Kesalahan atau sesat berpikir merupakan pola menentukan persepsi yang keliru terhadap sesuatu dengan cara menutup beberapa bagian informasi pendukung.
Hal ini merupakan tindakan yang fatal dan bisa menyebabkan kesalahan dalam menentukan sikap dan mengambil tindakan setelah menerima informasi.
Karena faktor bisa terjadinya logical fallacy di atas hanya tertulis tiga, maka hanya disertakan tiga juga bentuk pertimbangan yang harus dilakukan supaya kita tidak terjebak dalam logical fallacy:
Pertama: Banyak membaca referensi-referensi terkait masalah dalam berita atau laporan yang disuguhkan oleh pihak tertentu.
Kedua: Membiasakan diri menganalisa terlebih dahulu berita dan laporan yang kita terima.
Ketiga: Melakukan pengecekan kembali (double cross-check) berita yang kita terima kepada pihak terkait atau pihak berwenang.
Intinya di sini, penting sekali meneyampaikan informasi yang benar, sehingga pihak lain tidak kebingungan dalam menalar situasi dan kondisi yang terjadi.[]
KL: 09062020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H