Pagi itu langit cukup cerah dengan udara sedikit berkabut. Laut pula tampak biru dengan ombak kecil menghempas tebing pantai reklamasi yang kokoh. Saat jalan santai sambil menikmati pemandangan gedung-gedung pencakar langit Pulau Hong Kong, aku terserempak dengan Bruce Lee, sang legendaris bintang film aksi yang sedang memperagakan jurus khasnya. Tanpa pikir panjang aku juga tak mau kalah, langsung memperlihatkan jurus andalanku yang pernah kupelajari dua dekade silam.
Sayang sekali yang didepanku hanyalah patungnya bintang film tersohor itu. Kalau di depanku itu Bruce Lee yang sebenar, wah ceritanya mungkin pasti lebih seru, karena kami akan duel adu kehebatan memainkan jurus-jurus andalan masing-masing. Antara dia yang kubikin bertekuk lutut atau aku yang terlempar ke laut akibat tendangan kerasnya.
Melihat aku yang memperagakan jurus di depan patung Bruce Lee, beberapa gadis bermata sipit nan manis yang kebetulan lewat pada tersenyum dan saling pandang. Kira-kira yang terdetik di hati mereka, mungkin ini anak preman Makau yang dulu selamat dari kejaran Bruce Lee.
***
Pemerintah Hong Kong cukup menghargai para artis dan seniman di negaranya. Di sepanjang bibir pantai reklamasi yang orang sebut Avenue of Stars itu, ada pagar besi stainless pembatas yang kokoh. Pada bagian paling atas besi ada cap tapak tangan beserta nama semua artis dan seniman Hong Kong.Â
Untuk mencari nama-nama artis di sepanjang pantai Avenue of Stars memang memerlukan kesabaran dan juga tenaga. Pasalnya kita tidak tahu di mana gerangan letak cap tangan mereka yang kita kenal. Sambil santai berjalan menikmati udara pagi nan sejuk yang mencapai 21 derajat selsius, kuberhasil menemukan tapak tangan Jet Lee, Andy Low, Jacky Chan, dan sederet nama artis terkenal lainnya.
Avenue of Stars menjadi destinasi wisata populer di Hongkong, terutama untuk  nongkrong menikmati suasana malam yang gemerlap di Coffeehouse sambil menonton Symphony of Light atau pertunjukan lampu dan musik khas Hong Kong yang telah dinobatkan sebagai the World’s Largest Permanent Light oleh Guinness World Records.Â
Saya merasa senang di Hong Kong bukan karena kemodernan sarana dan parasarana publik, tetapi karena setiap Sabtu-Minggu serasa berada di Indonesia saja, para buruh migran akan cuti akhir pekan dan keluar untuk kangen-kangenan sesama warga Indonesia lainya di area Victoria Park sambil menjajakan makanan khas ala Indonesia. Ternyata selalu ada kehangatan Minggu pagi di Victoria Park.[]
Sekadar berbagi.
Tsim Sha Tsui: 11052020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H