Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memanjat Langit Harapan

12 Februari 2020   15:26 Diperbarui: 13 Februari 2020   07:35 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi via Liputan6.com

Menyegarkan kembali kutipan "gantunglah cita-citamu setinggi langit"untuk kita renungkan bersama. Sebuah ungkapan penyemangat yang membutuhkan nalar sehat agar tidak sekadar menjadi pemanis bibir belaka. Seorang pemuda, harus berani bercita-cita dan berusaha sekuat tenaga berusaha dan berdoa demi mencapai harapan dalam hidupnya.

Urusan cita-cita dan target hidup bukanlah masalah sepele, semuanya memiliki konsekuensi masing-masing. Hal tersebut sesuai dengan pepatah yang sedari kecil kita dengar, "semakin tinggi nyiur di pantai, semakin kuat angin menerpa."

Macam-macam cita terucap dari bibir kita saat masih kecil, mulai dari keinginan menjadi guru hingga hasrat untuk menjadi presiden. Cita-cita sebagai polisi, tentara, dokter, dan sebagainya yang paling sering kita dengar dari mulut anak-anak yang sedang berada di bangku Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.

Keinginan umum anggota masyarakat adalah menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Jamak mengetahui bahwa dengan menjadi PNS, status sosial seseorang akan naik.

Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, tentu membutuhkan kualifikasi sarjana yang hanya dapat diperoleh dari Menara Gading. Maka berlomba-lombalah kaula muda masuk perguruan tinggi dengan berbagai jurusan sesuai minat dan cita-cita.

Berhasil masuk ke Menara Gading dan meraih gelar sarjana, tak jua serta merta seseorang akan dapat menggenggam cita-cita yang telah digantung tinggi di langit harapan itu.

Dilema dari Menara Gading

Pada saat ini, mencari dan mendapatkan pekerjaan menjadi hal yang cukup berat tingginya angka kelahiran, bertambahnya batas waktu pensiun, dan membludaknya sarjana pencari kerja  dalam situasi terbatasnya lapangan pekerjaan,

Tahun 2017, Badan Pusat Statistik (BPS) merilir data bahwa jumlah angatan kerja sebanyak 133.94 juta orang, manakala 6.87 juta orang masuk dalam kategori mesih mencari kerja (menganggur).

Suatu hal yang sangat serius di bursa kerja Indonesia adalah kebanyakan perusahaan memberi syarat memiliki pengalaman kerja sekian tahun dan juga syarat lucu "berpenampilan menarik." Ambigu mengartikan dan mensikapi syarat "menarik" karena sangat subyektif.

Bagaimana seorang fresh graduate akan mendapat kerja kalau ada syarat pengalaman kerja? Bagaimana perempuan-perempuan mensikapi syarat "berpenampilan menarik?" sementara kata "menarik" tiap user berbeda penafsirannya?

Belum lagi kita berbicara adanya "mahar" yang harus dibayar saat akan masuk kerja, sementara kita ketahui bersama bahwa golongan pencari kerja mayoritas datang dari masyarakat ekonomi rendah.

Jadi menganggurnya para sarjana, buka semata kesalahan sarjana itu sendiri, tetapi adanya seribu satu penyebab yang intinya tidak tulusnya persyaratan dan proses perekrutan termasuk pemberian gaji yang minim dan tdak sesuai dengan standar kebutuhan hidup yang layak.

Memanfaatkan Peluang 

Selama di kampus, sarjana lupa memanfaatkan peluang untuk mengembangkan diri sehingga lulusan perguruan tinggi kesulitan mencari kerja setelah meraih gelar sarjananya.

Beberapa faktor penyebab sehingga sulit mendapat pekerjaan adalah salah memilih jurusan, tidak menggunakan waktu untuk mengembangkan diri dalam organisasi, kurang mengasah diri dalam job skill dan mental skill, serta minimnya upaya menjalin relasi ke dalam dan keluar kampus. 

Hal lain yang tak kalah penting dimiliki oleh seorang sarjana agar seorang sarjana tidak menganggur adalah menyingkirkan gengsi dalam melakukan pekerjaan apa saja yang halal dan baik sementara menunggu pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kualifikasi.

Seorang sarjana tidak harus mencari kerja di kantor pemerintahan, tetapi bisa juga mencari peluang-peluang untuk membuka kesempatan kerja, sehingga bukan saja untuk dirinya tetapi juga dapat membantu sarjana lain mendapat tempat mengembangkan diri dan mencari pengalaman kerja.

Kalau sudah mengupayakan berbagai hal dalam pengembangan diri, maka kita akan bisa merangkak menuju satu titik untuk meggapai cita-cita yang sejak kecil  kita gantung di langit harapan.(*)

Sekadar berbagi

KL: 12022020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun