Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencermati Perilaku Umat Islam Pasca Ramadan

25 Juni 2019   14:07 Diperbarui: 25 Juni 2019   15:11 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan suci Ramadan telah berlalu. Kini masih dalam suasana lebaran masih terasa. Di Malaysia, lebaran itu dirayakan selama satu bulan penuh atau sepanjang bulan Syawal. 

Jamak mengakui bahwa ketika masuk bulan Ramadan, perilaku kebanyakan umat Islam cenderung berubah drastis. Umat Islam cenderung lebih rajin solat jamaah di masjid, punya target membaca al-Qur'an, lebih dermawan dan sangat peduli dengan sesama manusia dan lingkungan. Sebut salah satu contoh  mereka yang merokok akan bisa tahan tidak merokok seharian.

Berakhirnya Ramadan yang dirayakan secara besar-besaran dan sangat meriah, dengan berbagai tardisi, khususnya mudik yang melelahkan demi bertemu sanak keluarga untuk mengeratkan hubungan kekeluargaan antara sesama saudara. Solat Idul Fitri menjadi penanda berakhirnya ibadah Ramadan yang di dalamnya penuh ganjaran, antaranya diturunkannya rahmat, ampunan, dan pembebasan dari siksa api neraka. 

Selain ganjaran tersebut yang dikategorikan setiap 10 hari, di 10 hari terakhir juga diturunkan satu malam yang mulia "lailatul qadar" yang nilai kebaikannya lebih baik dari seribu bulan. Banyak sekali kebaikan Ramadan, termasuk ibadah sunah yang setanding dengan ibadah wajib di bulan biasa. Namun bagaimana mensikapi semua itu pasca Ramadan?

Perilaku Umat Islam Pasca Ramadan
Suatu yang perlu untuk dicermati bagaimana pola perilaku umat Islam pasca Ramadan, mengingat Ramadhan datang untuk mengedukasi dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat Islam yang ditandai dengan meningkatnya volume ibadah kepada Allah SWT.

Karena Ramadan diibaratkan media penggemblengan umat supaya menjadi muslim yang tangguh, maka ujian berhasil atau tidaknya penggemblengan tersebut akan dapat dilihat pasca berlalunya Ramadan.

Selama sebelas bulan dalam setahun sampai datang kembali Ramadan selanjutnya, apakah umat Islam bisa senantiasa mempertahankan volume ibadah seperti dalam masa-masa penggemblengan Ramadan atau kembali menurun?

Umat manusia cenderung harus selalu diingatkan dan diberi penekanan khusus supaya melakukan hal-hal sesuai tuntunan dan tuntutan agama dan juga masyarakat. Kecil sekali kemungkinan manusia bisa melakukan tuntunan dan tuntutan secara sadar. Bahkan sudah diancam dengan hukuman dan diiming-imingi dengan ganjaran, tetap saja ingkar dan bersifat angkuh.

Sukses  tidaknya penggemblengan Ramadan pada diri seseorang bisa kita lihat dari perilaku sehari-haris dalam beribada dan bermasyarakat. Bisa saja setelah Ramadan iman dan ketakwaan seseorang itu semakin meningkat, sebaliknya juga bisa malah justru menurun. Pendidikan Ramadan dan pola perilaku baik harus senantiasa berkelanjutan supaya kehidupan umat manusia bisa lebih teratur.[]  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun