Semua negara pasti punya cara tersendiri mengatur dan mengawal harga sembako di musim lebaran dan pada hari besar lainnya, termasuk Indonesia. Namun apa yang terjadi di Indonesia sering sekali tidak nyambung antara kebijakan pemerintah dan pelaku pasar di lapangan. Setiap lebaran selalu saja timbul masalah tingginya harga sembako yang efeknya membuat rakyat kecil menjerit.Â
Menjelang lebaran tahun ini, masyarakat Indonesia dikagetkan dengan  meroketnya harga bawang putih di pasaran hingga mencapai Rp.100.000 per kilo. Hal ini bukan tetang mahal tetapi tentang tengkulak yang merajalela dan ketidakberdayaan pemerintah mengawal harga pasar sembako.`Â
Sejenak melihat bagaimana Malaysia mengontrol harga barang di pasaran yang sangat ketat. Saat musim perayaan memang sedikit naik namun itu secara merata dipatok oleh pemerintah. Implementasinya penjual harus memampang harga barang serta menggunakan timbangan dua sisi supaya penjual dan pembeli sama-sama bisa melihat berat barang yang ditimbang.
Demikian juga halnya dengan restoran dan warung makan diharuskan memajang papan daftar menu sekaligus harganya. Demikian juga dengan aturan-aturan lain seperti larangan merokok harus terpampang jelas supaya pembeli tahu dan dapat mengantisipasi protes warga.
Khususnya di waktu tertentu yang krusial seperti menjelang lebaran dan hari besar lainnya, pemerintah menetapkan harga khusus yang sedikit tinggi namun tetap terjangkau. Pemerintah mengharuskan super market dan mini market memasang spanduk daftar harga sembagko sesuai yang ditentukan oleh pemerintah. Tentu sangsi berat akan dikenakan ke atas mereka yang enggan memasang daftar harga sembako di musim lebaran dan juga mereka yang kedapatan tidak mengikuti harga yang ditetapkan.
Sejauh ini, tidak ada keluhan masyarakat Malaysia tentang tingginya harga sembako menjelang lebaran karena kenaikan harga yang ditetapkan oleh pemerintah tidak terlalu siginifikan.
Satu fakta terkait harga sembako di Indonesia dan Malaysia, ketika masyarakat Indonesia mengeluhkan harga bawang putih yang naik drastis sampai Rp. 80.000-100.000 per kilo dan bawang merah Rp. 30.000-40.000 per kilo, ternyata harga kedua jenis sembako tersebut  di Malaysia sangat terjangkau, yakni bawang puti RM.6.50 per kg (sekitar Rp. 22.100) dan bawang merah RM.4.50 (sekitar Rp. 15.300).
Bagaimana dengan harga daging sapi? Di Indonesia harga normal Rp. 110.000 per kilo, kalau menjelang lebaran bisa mencapai Rp. 180.000 per kilo. Di Malaysia, harga daging sapi lokal menjelang lebaran RM32.00 yakni setara dengan harga daging lokal Indonesia di hari biasa.Â
Demikian juga dengan pasaran harga daging ayam saat lebaran di Malaysia sama dengan harga daging ayam di Indonesia pada hari biasa. Hal yang sama juga terjadi pada fluktuasi harga telur ayam di kedua negara yang perbedaannya cukup signifikan.
Satu hal yang perlu di tiru dari negara tetangga adalah bagaimana pemerintahnya mampu menseragamkan harga barang padahal mereka menganut sistem merupakan negara bagian. Dalam hal harga barang akan mengikuti ketentuan pemerintah pusat. Jadi harga di minimarket ibukota sama dengan harga barang di minimarket yang ada di pedesaan.
Indonesia sebagai negara agraris seharusnya lebih mampu memaksimalkan potensi pertanian lokal dan senantiasa mendorong petani lebih kreatif dan inovatif dalam bertani supaya pasar Indonesia tidak bergantung pada barang impor dari negara-negara lain.
Sekadar berbagi di bulan Ramadan
KL: 26052019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H