Suhu udara kota Kuala Lumpur agak panas pada Sabtu dan Minggu akhir pekan lalu. Walau dalam suasana puasa, lebih terhitung lebih serataus warga negara Indonesia yang nota bene pekerja migran sibuk mengikuti kegiatan belajar dan juga acara keagamaan di Pusat Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur tersebut.Â
Gedung warisan kolonial yang sudah menjadi hak milik Pemerintah RI itu sejak pagi sudah tampak ramai. Sekitar 60 siswa peserta kelas Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kuala Lumpur dengan tekun mengikuti kelas rutin setiap akhir pekan. Sementara di sore hari hingga malam, sekitar 50 orang mahasiswa Universitas Terbuka (UT) Pokjar Kuala Lumpur dengan penuh semangat mengadakan kegiatan UT Ramadan 1440 Hijriyah di musolah premis Indonesia itu.
Acara tersebut didukung oleh Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) yang memberikan tempat untuk digunakan sebagai pusat kegiatan mahsiswa UT Pokjar Kuala Lumpur. Selain itu, pengurus UT-KL dan Atdikbud KBRI Kuala Lumpur juga memberikan dukungan atas terselengaranya acara keagamaan ini.
Saya yang senantiasa menghadiri acara, mengajak semua yang hadir baik dari pihak sponsor maupun peserta yang terdiri dari mahasiswa UTKL, siswa EUB, dan siswa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kuala Lumpur untuk memaknai UT Ramadan tersebut sebagai media silaturrahmi antar warga Indonesia di perantauan.
Acara diakhiri dengan solat Subuh berjamaah dan juga rapat evaluasi. Semua rangkaian kegiatan tersebut berada dibawah koordinasi ketua panitia UT Ramadan Sdri. Khusniatun dan juga dengan pengawasan Wakil Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) UT Pokjar Kuala Lumpur Sdr. Mahfud Budiono beserta anggota lainnya.
PPI dan panitia UT Ramadan juga didampingi oleh pengurus UT lainnya yakni Bpk. Budi Siswanto dan Ibu Nurani Maulidah baik saat berbuka puasa maupun saat sahur on the road.
***
Mereka para mahasiawa UT di Malaysia adalah masyarakat migran Indonesia yang dengan gigih bekerja untuk biaya kuliah dan bijak menggunakan waktu luang untuk kuliah mengejar ketertinggalan pendidikan yang tidak diperoleh di dalam negeri.
Merantau belum tentu berhasil mengumpul materi. Oleh karena itu, harus bijak memanfaatkan waktu luang terutama di akhir pekan untuk mengembangkan kemapuan diri seperti mengikuti kursus dan pelatihan kerja serta kuliah untuk mencapai kualifikasi perguruan tinggi.
Kita harus berani mencoba dan juga siap dengan resiko dari segala hal yang kita lakukan. Tidak akan pernah kita capai sesuatu yang besar kalau kita tidak bisa memualai dari hal kecil. Kelemahan seseorang ketika putus asa dari usahanya. Kekuatan besar seseorang ketika siap mecoba kembali dari usaha yang belum berhasil.[]
Sekadar berbagi untuk Indonesia pintar.
KL: 13052019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H