Pemilihan umum Indonesia di Kuala Lumpur yang sangat heboh itu, telah pun usai terlaksana pada hari Minggu (14/4/2019) dari pukul 08.00-18.00. Namun ada satu hal yang tertinggal, sampah-sampah Pemilu berserakan dalam premis Indonesia yang dijadikan tempat pemungutan suara (TPS). Lebih menyedihkan, pemandagan yang sama juga tampak di luar premis Indonesia yang merupakan wilayah otoritas negara setempat.
***
Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Kuala Lumpur menetapkan tiga premis Indonesia di Kuala Lumpur sebagai pusat TPS, yakni lingkungan kantor KBRI Kuala Lumpur, Wisma Duta, dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).Â
Sejak pagi, di tiga premis TPS tersebut penuh sesak, menandakan tingkat partisipasi pemilih sangat tinggi dan antusias masyarakat Indonesia dalam mensukseskan pesta demokrasi Indonesia sangat bagus sekali.
Sepanjang hari, masyarakat berjubel, menyemut dan antri panjang untuk nyoblos calon pilihan mereka. Suasana riuh dengan yel-yel dari calon pemilih yang fanatik sambil menunjukkan simbol jari tanda dukungan, mereka saling bersahutan meneriakkan paslon 01 dan 02.
Saking berjubelnya para pemilih, sempat sedikit ricuh, saling dorong, ada yang nyerobot antrian saat pengecekan daftar pemilih tetap (DPT). Ada yang marah-marah karena namanya tidak tertera dalam DPT, bahkan ada yang datang tanpa membawa identitas sama sekali dan maksa harus bisa nyoblos.
Euforia Pemilu Kuala Lumpur menyisahkan rasa malu tatkala kita melihat sampah-sampa berserakan di tiga premis TPS tersebut. Ini bukti bahwa masih minimnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan cara membuang sampah pada tempatnya.
Kalau masyarakat memiliki kesadaran dan bisa disiplin, maka pasti akan berusaha mengamankan sedikit sampah yang dihasilkan di tempat acara. Tidak mungkin tiap orang menghasilkan 1 kg sampah. Paling hebat 100 gram sampah per orang. Namun jumlah tersebut sudah sangat banyak bila dibuang sembarangan dalam waktu bersamaan.Â
Kalau masing-masing orang menghasilkan 100 gram sampah lalu dikalikan dengan 10.000 orang saja yang datang memilih pada hari H, kita sudah dapat membayangkan bagaimana keadaan sampah yang berserakan.
Walaupun tidak cukup tersedianya bak sampah di lokasi acara, namun apabila semuanya disipilin dan memperhatikan kebersihan lingkungan, maka sampah yang beratnya 100 gram itu bisa diamankan di dalam tas masing-masing untuk kemudian dibuang bila sudah sampai di lokasi yang diperbolehkan.
Semoga ke depan, masyarakat kita semakin sadar akan pentingnya menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan. Walaupun tidak ada bak sampah, kita tidak menjadikannya alasan untuk membuang sampah sembarangan demi kemaslahatan bersama dan masa depan generasi kita.
Presiden terpilih dan anggota legislatif untuk Dapil yang suaranya didulang dari pemilih luar negeri agar dapat memperhatikan hal ini pada setiap acara terbuka di negara setempat, bahkan pada penyelenggaraan Pemilu 2024 mendatang.
Sekadar berbagi untuk masyarakat Indonesia yang lebih berdisiplin dan bersih.
KL: 16042019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H