Modus operandi pelacuran di lorong Haji Tayib, cukup sederhana. Lelaki hidung belang yang menginginkan kenikmatan sesaat, akan melakukan penjajakan awal dengan mucikari yang bertugas di luar bangunan. Mucikari itulah yang akan membawa pelanggan ke lokasi khusus di ruko yang berderet sepanjang lorong itu.
Di pintu masuk sebelum tangga ke lantai atas, duduk antara dua atau tiga orang gadis yang menunggu pelanggan. "Ini boleh pilih bang, di atas banyak lagi ooo," tawar sang mucikari, lalu disambut senyum manja gadis berumur 20-an tahun yang segera berdiri menyambut tamunya.
Kalau pelanggan tidak berkenan dengan gadis-gadis yang ada di pintu masuk, maka gadis lain di lantai atas akan dipanggil turun sampai ada keputusan. Pelanggan tidak diizinkan naik ke lantai atas sebelum menentukan pilihan di pintu masuk. Kalau tidak jadi, maka pelanggan akan pindah ke tempat lain.
Antisipasi Tawaran Kerja ke Luar Negeri
Gadis-gadis itu bak dipingit. Mereka dikawal ketat oleh para germo. Ada yang tinggal di area Chowkit dan banyak yang diinapkan di apartemen-apartemen terdekat.
Sedihnya, tak jarang dari mereka yang tertipu di tanah air, dijanjikan calo untuk bekerja restoran dan salon, tapi sampai di Negeri Jiran, justru terjerumus dalam bisnis prostitusi.
Para orang tua yang anak-anaknya kini akan lulus SMP dan SMA, agar berhati-hati dengan tawaran kerja ke luar negeri. Pastikan diurus oleh agen penyalur yang resmi, menggunakan dokumen dan izin kerja yang jelas, serta diketahui oleh Kementerian tenaga Kerja dan kantor perwakilan RI di negara setempat.[]
Sekadar berbagi untuk kebaikan bersama.
KL: 11042019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H