Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Malaysia di Mata Buruh Migran

18 Maret 2019   14:01 Diperbarui: 18 Maret 2019   20:02 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat, negara berkembang yang sedang giat membangun untuk mengejar ketertinggalan demi mencapai "Visi 2020" sebagai negara maju. Di segala penjuru Semenanjung, Sabah dan Sarawak, gencar membangun infrastruktur, terutama fasilitas transportasi. 

Di Malaysia timur, dibangun proyek mega Trans Borneo, jalan bebas hambatan membentang dari ujung timur hingga ujung barat Borneo, melintasi Brunei Darussalam. 

Di Semenanjung pula, sedang merampungkan pembangunan kereta api Mass Rapid Transit (MRT) fase III dan kereta api berkelajuan tinggi dari ujung utara ke ujung selatan Semenanjung Malaysia hingga ke Singapura.

Kelima, stabil dan kuatnya nilai mata uang Ringgi atas Rupiah, membuat tingginya eksodus buruh migran Indonesia ke Malaysia. Catatan Sidney Jones dalam bukunya "Making Money off Migrants: The Indonesian Exodus to Malaysia" mengupas secara gamblang tentang buruh migran di Malaysia yang walaupun masih kurang observasi karena banyak merujuk dokumen tertulis yang cenderung subyektif.

Malaysia semakin mendapat tempat di mata investor asing. Pada kuarter keempat tahun 2018, dana asing yang mengalir ke Malaysia tercatat naik drastis. Tentu ini sebagai bentuk kepercayaan dunia terhadap pemerintahan "Pakatan Harapan" pimpinan Mahathir Mohammad.

Kesimpulannya, Malaysia jelas memiliki kelebihan bagi buruh migran berbanding negara lain di Asia, Australia, Amerika, Eropa dan Afrika. Di Malaysia, buruh migran bisa kapan saja pulang ke Indonesia bila tiba-tiba rindu sanak keluarga di kampung halaman.

Yang paling penting, kita harus senantiasa berusaha untuk bisa bermanfaat untuk sesama agar pepatah "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung," tak sekadar jadi penghias kata. 

Kita juga jangan terus melulu terbuai apalagi takut dengan pepatah "hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri" karena sejatinya kita tidak menginginkan hujan batu walau itu di negeri kita sendiri.[]

Sekadar berbagi
KL: 28032019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun