Suatu sore yang belum lama, lewat kaca televisi kunikmati tayangan film bergendre keluarga, Wonder. Sinea layar lebar yang apik dan sarat pelajaran hidup bagi siapa saja yang telah dan akan menjalani hidup berkeluarga.
Film yang dirilis akhir 2017 yang lalu, dengan alur cerita sederhana ini, sangat mengugah emosi, menjadi film favoritku untuk tahun 2018. Penonton digiring untuk dapat menghayati kebersamaan dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada pada diri seseorang di lingkungan masing-masing.
Sentuhan instink Stephen Chbosky sang sutradara terasa begitu tajam yang didukung oleh kemahiran aktor utama Auggie, sapaan August Pullman (10 tahun) yang diperankan oleh bintang cilik Jacob Tremblay membuat Wonder sebagai film bersahaja yang tepat untuk dinikmati dikala santai.
Selama satu dasawarsa, Auggie mendapat sentuhan rumah secara total, tentu atas kelihaian dan kesabaran orang tuanya Isabel (Julia Robert) dan Nate (Owen Wilson) yang terbangun baik sehingga sajian visual novel Wonder yang ditulis oleh R.J. Palacio bisa mengalir dengan baik.
***
Bukannya Auggie tak mau bersekolah, tapi ia (Jacob Tremblay) memiliki kelainan, menderita craniofacial disease yang cukup langka yang membuatnya minder. Apalagi anak-anak kecil seumurannya tidak terbiasa melihat sesuatu yang tak lazim, menyebabkan mereka tak bisa menutupi reaksi tidak nyaman dari apa yang mereka saksikan.
Di situ penonton digugah dengan konflik keluarga bagaimana orangtua menghadapi sang anak yang menolak kehendak mereka. Niat baik orang tua yang ingin anaknya bergaul bebas secara normal seperti kebanyakan anak seusianya, justru ditentang keras oleh Auggie.
Auggie bukan tak punya alasan, tentu saja orang tuanya sudah bisa menebak mengapa Auggie selalu menggelengkan kepala saat diminta untuk bersekolah. Sang bunda tak mau menyerah, pelan-pelan sang meyakinkan kepada anak bungsunya itu bahwa semuanya akan baik-baik saja dan akhirnya Auggie setuju.
Awalnya memang Auggie mengalami hari-hari yang tidak mengenakkan. Classmate-nya mem-bully, bahkan Julian, salah seorang murid mengajak teman-teman sekelasnya untuk menghindari Auggie dengan rumor bisa tertular wabak berbahaya.
Di sekolah, salah seorang guru bernama Mr. Browne senantiasa membangun semangat bagi murid-muridnya, tak terkecuali Auggie. Suatu hari Mr. Brown bilang kepada murid-muridnya di dalam kelas, "Jika diberi kesempatan untuk menjadi benar atau menjadi baik, maka pilihlah menjadi baik (When given the choice of being right and being kind, choose kind!)." Motto inilah yang akhirnya mewarnai teman sekelas Auggie yang akhirnya menerima Auggie di tengah-tengah mereka.
Di akhir tahun, saat menerima pengumuman hasil ujian, sekolah mengumumkan bahwa Auggie meraih nilai tertinggi dan dinobatkan sebagai murid berprestasi di sekolahnya. Kedua orang tuanya terharu, tepukan gemuruh buat Auggie dari guru dan seluruh yang hadir dalam auditorium sekolah.
Sebuah kebenaran belum tentu mengandung nilai baik, namun sebaliknya kebaikan itu merupakan hal yang senantiasa benar adanya.[*]
Sekadar berbagi
KL: 31122018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H