Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Harus Memilih antara Baik dan Benar

3 Januari 2019   12:23 Diperbarui: 3 Januari 2019   15:12 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu sore yang belum lama, lewat kaca televisi kunikmati tayangan film bergendre keluarga, Wonder. Sinea layar lebar yang apik dan sarat pelajaran hidup bagi siapa saja yang telah dan akan menjalani hidup berkeluarga.

Film yang dirilis akhir 2017 yang lalu, dengan alur cerita sederhana ini, sangat mengugah emosi, menjadi film favoritku untuk tahun 2018. Penonton digiring untuk dapat menghayati kebersamaan dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada pada diri seseorang di lingkungan masing-masing.

Sentuhan instink Stephen Chbosky sang sutradara terasa begitu tajam yang didukung oleh kemahiran aktor utama Auggie, sapaan August Pullman (10 tahun) yang diperankan oleh bintang cilik Jacob Tremblay membuat Wonder sebagai film bersahaja yang tepat untuk dinikmati dikala santai.

Selama satu dasawarsa, Auggie mendapat sentuhan rumah secara total, tentu atas kelihaian dan kesabaran orang tuanya Isabel (Julia Robert) dan Nate (Owen Wilson) yang terbangun baik sehingga sajian visual novel Wonder yang ditulis oleh R.J. Palacio bisa mengalir dengan baik.

***

Bukannya Auggie tak mau bersekolah, tapi ia (Jacob Tremblay) memiliki kelainan, menderita craniofacial disease yang cukup langka yang membuatnya minder. Apalagi anak-anak kecil seumurannya tidak terbiasa melihat sesuatu yang tak lazim, menyebabkan mereka tak bisa menutupi reaksi tidak nyaman dari apa yang mereka saksikan.

File CLTure
File CLTure
Suatu hari orang tua Auggie berencana menyekolahkannya secara formal. Suatu hal yang terpenting bagi oarang tuanya, Auggie mendapat pendidikan resmi dan bergaul dengan teman sebaya.

Di situ penonton digugah dengan konflik keluarga bagaimana orangtua menghadapi sang anak yang menolak kehendak mereka. Niat baik orang tua yang ingin anaknya bergaul bebas secara normal seperti kebanyakan anak seusianya, justru ditentang keras oleh Auggie.

Auggie bukan tak punya alasan, tentu saja orang tuanya sudah bisa menebak mengapa Auggie selalu menggelengkan kepala saat diminta untuk bersekolah. Sang bunda tak mau menyerah, pelan-pelan sang meyakinkan kepada anak bungsunya itu bahwa semuanya akan baik-baik saja dan akhirnya Auggie setuju.

Awalnya memang Auggie mengalami hari-hari yang tidak mengenakkan. Classmate-nya mem-bully, bahkan Julian, salah seorang murid mengajak teman-teman sekelasnya untuk menghindari Auggie dengan rumor bisa tertular wabak berbahaya.

File video.wapraz.me
File video.wapraz.me
Auggie tetap sabar dan setia dengan kesendiriannya baik di kelas maupun di kantin. Seiring waktu, Auggie semakin menunjukkan kemampuannya di dalam kelas, teman-teman mulai melirik dan membutuhkannya. Ketakutan Auggie lenyap ketika ia mulai ada teman baru yang memiliki hobi sama, bermain Minecraft.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun