Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Curhat tentang Pendidikan Indonesia hingga ke Seberang

23 November 2018   12:02 Diperbarui: 25 November 2018   14:33 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan raya di jantung kota Kuala Lumpur agak macet pada Rabu petang kemarin. Maklum gerimis mulai turun membasahi sekujur kota, sejak siang langit Negeri Jiran tampak muram ditutupi awan kelabu. Angin bertiup sedikit kencang, dedaunan berguguran ke jalan bak di musim luruh. Masyarakat setempat kelihatan mulai masygul, mengejar destinasi mengelak terjebak dalam kemacetan kota.

Sejak siang, aktivitas saya di Pusat Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur sudah mulai berkurang, rekan kerja menelpon, minta tolong menerima tamu Atdikbud yang terdiri dari puluhan kepala sekolah SD dan SMP dari sebuah kecamatan di daerah Sumatera Barat.

"Maaf kami agak terlambat sampai KBRI karena terjebak macet," demikian konfirmasi yang kuterima dari salah seorang penelpon yang mengaku sebagai pemandu wisata sebuah travel yang membawa rombongan kepala sekolah dari Sumatera Barat itu.

Setelah molor kurang dari satu jam, akhirnya mereka memasuki ruang rapat. Dari penampilan dan gaya, mereka adalah guru-guru senior. Setelah ketua rombongan dan semua peserta memperkenal diri, tampak mereka berpengalaman dan berpengatahuan luas dalam dunia pendidikan.

Sedikit sungkan memang berbicara di depan guru-guru berdedikasi yang semuanya jelas sudah bersertifikasi sesuai bidang masing-masing. Apalagi secara struktural mereka adalah para kepala sekolah. 

Di depan mereka saya harus tampil penuh yakin supaya bisa menjawab semua pertanyaan seputar layanan pendidikan di satuan kerja Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur serta informasi seputar perkembangan pendidikan menengah dan perguruan tinggi di Malaysia.

Kualitas Pendidikan di Malaysia

Di masa-masa awal kemerdekaanya, Malaysia meminta guru ke Indonesia untuk mengajar di sekolah-sekolah Malaysia. Namun sekarang, fakta dan situasinya terbalik, justru kita yang cenderung belajar ke Malaysia.

Belajar ke siapapun dan dimanapun itu sah-sah saja selama itu terpercaya, sesuai target dan harapan kita. Namun sampai saat ini, seolah-olah kita belum rela melihat fakta pendidikan di Malaysia lebih maju dari Indonesia.

Setiap orang Indonesia yang saya temui saat berkunjung ke Malaysia atau saat saya datang ke daerah-daerah di Indonesia selalu mereka bilang "dulu Malaysia minta guru ke Indonesia." Artinya kita merasa bahwa kita lebih dari Malaysia.

Persepsi ini sangat berbahaya karena seolah-olah kita dinina-bobokan oleh perasaan bahwa kita lebih dari Malaysia. Kita ketahui bersama, ini zaman global, masyarakat dunia berkompetisi kedepan bukan asik dan terlena dengan masa lalu.

Dari hari ke hari, Malaysia giat membangun infrastruktur di segala bidang termasuk meningkatkan mutu pendidikannnya, dan bahkan bercita-cita jauh melampaui negara-negara tetangganya yaitu menjadi hub pendidikan di Asia. Maka suatu saat, Malaysia akan menjadi pusat pendidikan di Asia yang dilirik dan perhitungkan di dunia.

Buah Studi Banding Pejabat Negara ke Luar Negari

Para kepala sekolah tersebut mengatakan apakah KBRI tidak memberi masukan kepada pemerintah terkait kemajuan yang ada di negara setempat?

Saya tersenyum mendengar pertanyaan tersebut dan menjawab sebenarnya kita semua sudah tahu, pejabat tinggi negara telah melakukan kunjungan studi banding ke luar negeri? Demikian juga mendengar kunjungan rutin anggota dewan pusat dan daerah ke Eropa, Amerika, Australia, dan juga negara-negara maju di Asia untuk melaihat pembangunan dan sitem pendidikan di sana?

Masih perlukah kita beri masukan kepada mereka-mereka yang terhormat itu tentang bagaimana membangun, mengembangkan dan menerapkan sistem pendidikan? Saya kain mereka sudah lebih tahu sudah lebih banyak negara yang mereka kunjungi untuk studi banding.

Mari kita pertanyakan kembali dimana salahnya tatanan pendidikan kita yang selalu mengaku negara besar, negara kaya, sumber daya manusianya hebat-hebat.

Sederhana saja, ketika Malaysia menetapkan "Wasawan 2020" sebagai negara maju, Indonesia baru mulai menetapkan visi yang jauh kebelakang. Berbanding terbalik dengan apa yang selalu kita banggakan sebagai negara besar yang kaya raya.

Kita memang belum bisa bangkit dari pengaruh kolonial yang bercokok lama di tanah air sehingga masih banyak rakyat Indonesia yang hidup salah kaprah karena pendidikannya masih berkutat pada mencari kurikulum yang tepat sehingga lama sekali penerapannya.

Sentuhan Politik dalam Sistem Pendidikan di Indonesia

Sistem dan konten pendidikan di Indonesia sudah sangat bagus, jauh sekali dari Malaysia. Namun sistem birokrasi di Indonesia telah merusak tatanan yang telah bagus ini sehingga penerapan nilai-nilai pendidikan di kalangan masyarakat sangat minim.

Salah satu contoh, politik di Indonesia menggerogoti langsung sendi-sendi pendidikan. Buktinya para guru itu bercerita bahwa di Sumatera Barat ada guru yang dijadikan polisi pamong praja dan sebaliknya pamong praja dijadikan guru dan guru-guru tertentu dimutasi hanya karena tidak sejalan dengan kepala daerah.

Tindakan daerah seperti itu jelas sangat memalukan dan tidak profesional. Saya yakin kejadian seperti itu juga banyak terjadi di daerah-daerah lain di Indonesia. Kalau sudah demikian halnya, lalu siapa yang akan kita persalahkan saat melihat pendidikan kita jalan di tempat?

Susah sekali merubah semua ini, tapi bukan berarti kita tidak bisa merubahnya. Mari kita mulai dari hal kecil di sekitar lingkungan kita sendiri.(*)

Sekadar berbagi untuk Indonesia pintar.

KL: 21112018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun