Pembaca tentu sering dengar kasus klaim karya seni dan budaya Indonesia oleh Malaysia bukan? Mulai dari lagu, tarian, permainan rakyat, produk, dan lain sebagainya.
Kasus klaim karya seni terjadi baik disengaja maupun tidak oleh satu generasi baru yang tidak tahu asal usul budaya tersebut. Artinya ada ketidaktahuan pihak tertentu tentang asal usul karya tersebut sehingga dipakai oleh masyarakat tertentu dalam kurun waktu yang lama, kemudian merasa menjadi hak milik yang sah.
Setiap karya memiliki aturan mainnya sendiri, yang pasti kita tidak boleh menjiplak apalagi mengakuinya. Biasanya pengakuan itu terjadi oleh generasi berikutnya karena kurangnya pengetahuan akan asal usul budaya yang ada di sekitar mereka.
Minggu (2/9) kemarin, di Aula Taufiq Kiemas Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur bekerja sama dengan Fungsi Pensosbud dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur menyelenggarakan Workshop Seni Budaya Indonesia yang dibuka secara resmi oleh Wakil Kepala Perwakilan RI Krishna K.U. Hanan.
Pembukaan workshop yang merupakan kegiatan rutin dalam program Rumah Budaya Indonesia (RBI) itu, turut dihadiri oleh Koordinator Fungsi Pensosbu KBRI Kuala Lumpur Bapak Agung Cahaya Sumirat, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc., dan Kepala Sekolah indonesia Kuala Lumpur Drs. H. Agustinus Suharto, M. Pd., guru sekolah Indonesia dan Malaysia serta masyarakat Malaysia.
Kegiatan tahunan Atdikbud sejak tahun 2016, kini merupakan yang ketiga kalinya dan akan berlangsung selama satu bulan setengah, dimulai 2 September  sampai dengan 16 Oktober dan diikuti oleh 144 orang dari 9 sekolah menengah dan 3 perguruan tinggi setempat.
Kepala SIKL Drs. H. Agustinus Suharto, M.Pd menyampaikan bahwa setiap tahun, pesertanya senantiasa meningkat drastis. Pada tahun 2016 berjumlah 50 orang, tahun 2017 berjumlah 80 orang dan sekarang jumlah pesertanya meningkat hampir 100 persen. "Ini sinyal bahwa minat warga Malaysia untuk mengenal seni dan budaya Indonesia sangat tinggi," ungkapnya.
Sementara itu, Atdikbud Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc yang menjadi penanggung jawab program ini dalam sambutannya menekankan pentingnya pemahaman budaya diantara kedua negara serumpun ini, jangan sampai terjadi adanya kasus saling klaim karya seni dan budaya yang justru akan melemahkan posisi keduanya. "Workshop ini bertujuan untuk saling mengenal lebih dekat agar kita dapat saling menghargai satu sama lain," jelas Atdikbud.
"Diharapkan dengan dilaksanakannya kegiatan workshop seni dan budaya ini maka hubungan dua negara khususnya antara Indonesia dan Malaysia menjadi semakin erat dan mampu mendorong terciptanya kawasan regional yang semakin kondusif," jelasnya.
Empat hal yang diberikan pelatihan, yakni kelas gamelan, kelas angklung, kelas tari dan kelas membatik. Kelas perdana telah berlangsung dengan baik. Saya sendiri sudah tinjau ke semua kelas, para peserta tekun dan antusias tinggi mengikuti materi yang diberikan pelatih.