Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Orang Jawa Penjual Pempek di Kolong Jembatan Ampera

27 Juni 2018   10:21 Diperbarui: 27 Juni 2018   14:02 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok. Makanmana .net)

Berbicara kuliner empek-empek, tak akan lepas dari peran orang Sumatera Selatan. Kuliner yang satu ini, memang orang Palembang ahlinya. Walau demikian, empek-empek bisa ditemui di seluruh wilayah Sumatera Selatan dan bahkan di daerah-daerah lain di Indonesia.

Dalam wikipedia, makanan yang bahan utamanya daging ikan segar ini, mulai dikomersilkan secara meluas sampai keluar Sumatera Selatan pada tahun 1980an.

Kamis pekan lalu, saya jalan-jalan di pinggir sungai Musi, tepatnya di sekitar jembatan merah "Jembatan Ampera" yang penuh sejarah, penghubung daratan Ulu dan daratan Ilir Kota Palembang. Konstruksi susunan besi jembatan begitu kokoh, sekokoh dan besarnya sejarah bangsa Indonesia yang diciptakannya melalui ide pembangunan jembatan pada tahun 1906.

Di bawah jembatan Ampera, saya menikmati kuliner khas Palembang yaitu empek-empek. Di situ berbagai makanan tersedia untuk para pengunjung. Pastinya ada pop mee gelas, bakso, mee ayam, pisang goreng dan berbagai jenis makanan lainnya.

Saya memilih empek-empek di sebuah gerai kecil yang kelihatan fresh karena disajikan hangat saat dipesan baru digoreng. Gerai ibu Nur (58 tahun) yang menurut ceritanya, dia lahir di Semarang, Jawa Tengah.

"Saya dan suami sudah lama merantau ke Palembang," tuturnya sambil kedua tangannya sibuk mengggoreng lenjer dan kapal selam pesanan beberapa pelangggannya.

Bakat memasak yang diturunkan oleh ibunya dikembangkan selama di perantauan, bahkan belajar memasak makanan khas daerah baru yang ditempati ibu Nur bersama keluarganya, sehingga banyak gerai-gerai makanan yang dimiliki oleh orang Jawa di Sumatera Selatan.

Sebuah bukti keberagaman dan kebersamaan yang dapat kita lihat di pinggir sungai Musi. Hal tersebut tentu kita saksikan dimana-mana dari ujung Sabang sampai ke ujung Merauke.

Kiranya kebersamaan dan persauadaraan ini kita bisa perlihara dan benar-benar hayati dengan hati nurani sehingga keberagaman itu dapat terjaga dengan baik dalam sebuah toleransi, maka Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar menjadi slogan bangsa tetapi benar-benar menjiwai setiap jiwa masyarakat Indonesia dalam satu kesatuan yang utuh, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia.(*)

Sekadar berbagi dari Sumatera Selatan.

Palembang: 21062018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun