Sepintas siapa saja yang melihat suasana kelas 4 SD Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) memang bisa tertegun atau bisa juga nyinyir. Maklum kelas pada umumnya dihias seadanya manakalah kelas tersebut seluruhnya dipenuhi lukisan mural. Bisa dikatakan semua dinding kelas penuh dengan ceretan kata-kata mutiara hasil kreasi tangan siswa yang dibimbing oleh wali kelas Pak Herman Sahara, M.Ed.Â
Saat saya masuk ke kelas 4 SD untuk satu urusan resmi sering suana kelas sedang sibuk latihan persiapan tampil untuk sebuah kegiata. Sekilas saya terkejut melihat lukisan abstrak di dinding kelas. Walau sulit dan memakan waktu untuk memahaminya, tetapi saya coba mencoba menebak maksud dari stiap coretan di dinding kelas.
Pak Herman Sahara menanamkan skill apa saja kepada 33 Â anak didiknya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia itu, sehingga setiap even sekolah, kelasnya selalu mendapat juara. bahkan sekarang mereka sedang menggodok sebuah buku yang rencananya akan diterbitkan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI). Itulah kelas 4 SD SIKL yang diberi nama "The Ultimate Fours."
Ada gambar tokoh pewayangan yang mengambil makna kepahlawanan dan kesungguhan dalam berbuat. Tak terlepas pandang juga semboyan kelas yang tertulis "For Our Fantastic future study hard and be kind" berada tepat dibawah tulisan blok nama kelas, kemudian dibawahnya disempurnakan juga dengan adanya tulisan "Pendidikan karakter adalah kunci untuk menjadi manusia."Â
Menurut Pak Herman Sahara, lukisan mural tersebut hasil kerja bersama semua siswa kelas SD selama lima hari. Setiap siswa diberi kesempatan untuk mencoba menggoreskan kuas dengan cat air yang tersedia. Harapan yang tersirat agar terdapat rasa bangga atas apa yang mereka miliki secara tidak langsung menempa percaya diri bahwa mereka bisa berkreasi, mencoba apa yang belum pernah dilakukan tanpa mengenal putus asa apalagi dalam belajar dan berprestasi.Â
Apa yang saya melihat di dinding kelas 4 SD itu memang ada sense seni yang lahir dari kebiasaan anak yang suka corat-coret meja dan tembok yang biasa disebut vandalisme. Hal itu kini telah dirubah menjadi kegiatan yang menghasilkan karya kreatif.
Sekadar berbagi dari Sekolah Indonesia Kuala Lumpur
KL: 07062018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H