Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Berburu Takjil Gratis di Negeri Jiran

24 Mei 2018   12:11 Diperbarui: 24 Mei 2018   13:12 2829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turis asing dan masyarakat non muslim setempat juga ikut berbuka puasa bersama di Malaysia. (Dok. Astro Awani).

Berbicara tentang berburu takjil di bulan Ramadan pasti memiliki kenangan tersendiri. Ramadan benar-benar bulan berkah bagi para perantau seperti saya. Hal ini sangat saya nikmati sejak jadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Malaysia. Maklum saat menjadi mahasiswa, isi kantong juga pas-pasan, jadi saat bulan suci Ramadanlah waktunya memburu makanan gratis ke masjid-masjid baik untuk berbuka puasa maupun untuk sahur.

Hingga sekarang, kesibukan memburu takjil tetap berlangsung, saya selalu mengulangi suasana itu di masjid-masjid di daerah Kuala Lumpur untuk berbuka puasa yang walaupun tidak seaktif dulu yang rajin bersama teman-teman kuliah memburu takjil sampai ke luar kota Kuala Lumpur.

Bagi siapa pun, yang paling penting saat berbuka puasa adalah tentu esensinya. Jadi bukanlah apa dan berapa banyak yang dimakan. Saya menyadari hal ini, maka suasana berbuka beramai-ramai menjadi faktor utama saya semangat menyambangi masjid-masjid baik di kampus maupun di luar kampus karena semua itu yang memberikan kenangan indah selama di perantauan.

Karena esensi dan suasana kebersamaan yang diutamakan dalam berbuka puasa, maka tak heran kalau di Malaysia, di halaman masjid sering ada turis asing dan masyarakat non muslim setempat ikut berbaur bersama orang Islam menikmati hidangan berbuka puasa.

(Dok. MalaysiaGazette)
(Dok. MalaysiaGazette)
***

Terkait kesan yang sulit dilupakan adalah saat berbuka di masjid kampus Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) karena lauk dihidangkan menggunakan nampan besar untuk jatah empat orang. Dalam nampan sudah tersedia kurma, nasi yang cukup serta lauk yang biasanya terdiri dari sayur dan ikan atau daging. 

Di masjid-masjid tempat lain, juga ada yang menghidangkan menu berbuka dengan nampan besar, namun jarang sekali karena sudah dijatahkan dengan piring dan mangkuk untuk lauknya.

Di masjid UKM-lah saya paling sering berburu takjil karena dekat dan praktis usai kelas di sore hari, langsung bisa menuju  masjid untuk sekadar mengaso dan membaca beberapa ayat al-Qur'an sambil menunggu tibanya waktu berbuka.

Ternyata makan bersama dalam satu wadah besar secara beramai-ramai juga memiliki daya tarik tersendiri bagi saya juga bagi mereka yang merasakannya. Rasa lapar yang tidak mau kompromi dan rasa kawatir tidak cukup jatah karena harus menarik gundukan nasi dan lauk di tengah nampan untuk dikumpulkan dalam porsi sederhana ke depan masing-masing ternyata memerlukan nyali yang cukup. Maklum kadang kita tidak kenal sama sekali semua patner makan di depan dan kanan-kiri kita. 

Tentu ada rasa malu bila menarik nasi terlalu banyak atau terlalu sering mengambil lauk, tetapi mau tidak mau rasa itu harus ditepis karena kita akan menanggung lapar bila tidak cukup jatah gara-gara keduluan orang menyambar lauk di depan mata.

Dari beberapa kali makan dengan nampan besar, macam-macam gaya dan pola makan orang saya saksikan. Ada juga yang jaim, mengambil nasi dan lauk secara pelan dan teratur, namun tak sedikit yang bertingkah, tidak peduli dengan patner makannya alias main gasak sehingga patner lain tidak mendapat jatah yang cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun