Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Solidaritas dari Tapal Batas

24 Maret 2018   17:39 Diperbarui: 24 Maret 2018   21:49 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat berada di Kuching, Sarawak-Malaysia Timur, terlintas keinginan untuk sekadar "ngopi" ke wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. Tanpa membuang waktu, bersama dua orang teman Irfan dan Mardian, keduanya staf Konsulat Jenderal RI Kuching, Sarawak, sebelum solat Jumat kami bergegas ke Entikong, sebuah wilayah kecamatan di Kalimantan Barat yang berhadapan langsung dengan Tebedu, Sarawak-Malaysia Timur.

Kami bertiga ke Entikong untuk sekadar jalan-jalan sekalian menunaikan ibadah Jumat di perbatasan negara. Tak membutuhkan waktu tempuh yang lama untuk melintas batas negara Indonesia-Malaysia. Dari Kuching (Malaysia Timur) hanya sekitar 1.5 jam sudah sampai ke Entikong (Kalimantan Barat).

Saya mendapat kesan tersendiri menunaikan solat Jumat di wilayah perbatasan. Merupakan kesempatan spesial bagi saya tentunya karena jarang-jarang berada di wilayah batas darat Indonesia-Malaysia. Selama ini, saya hanya sering melintasi batas laut Indonesia-Malaysia tepatnya di perairan Selat Melaka.

Dapat menunaikan solat Jumat di tapal batas Indonesia Malaysia, tepatnya di Kecamatan Entikong, Kalimantan Barat adalah pengalaman pertama bagi saya yang tidak ingin saya sia-siakan.

***

(Dok. Okezone.livestyle)
(Dok. Okezone.livestyle)
Sepintas tidak ada sesuatu yang spesial karena tak ubahnya dengan pelaksanaan solat Jumat di tempat-tempat lain di Indonesia. Hanya saja situasi di perbatasan yang jarangg-jarang saya kunjungi membuat kesempatan menunaikan solat Jumat terasa lain dari biasanya.

Sebuah masjid mungil berdiri tegap dengan ornamen sederhana namun suara azan dan khutbah  menggelegar ke penjuru Entikong. Masyarakat dan petugas imigrasi dan beacukai di perbatasan Indonesia-Malaysia bergegas memenuhi panggilan Ilahi.

Di masjid kecil itu, khatib paruh baya dengan lantang menyuarakan pentingnya etos kerja dan kualitas kerja yang tinggi. Hal yang lebih ditekankan adalah semangat berbangsa dalam keberagaman supaya menguatamakan solidaritas yang artinya mengakui dan menghargai perbedaan yang ada untuk dijadikan keunikan dan kekayaan sosial masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.

Pesan itu terdengar jelas walaupun saya dan dua kawan saya hanya mendapat tempat duduk di luar masjid karena situasi masjid yang penuh. Kalau saya berkesempatan, saya ingin lagi menunaikan solat Jumat di wilayah perbatasan untuk menyelami semangat kebangsaan dari wilayah terdepan negara Indonesia.(*)

Salah satu sudut kota Entikong. (Dok. Pribadi)
Salah satu sudut kota Entikong. (Dok. Pribadi)
Salam keberagaman untuk keutuhan NKRI dari Tapal Batas.

Entikong: 23032018 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun