Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sistem "Deposit Sampah" Cara Jitu Lestarikan Tempat Wisata

20 Januari 2018   09:52 Diperbarui: 21 Januari 2018   18:01 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danau Segara Anak dan Gunung Barujari dalam kaldera Gunung Rinjani. Dok. Rinjaninationalpark.com

Sampah telah menjadi momok yang meresahkan di dunia, demikian juga dalam pelestarian lingkungan di Indonesia, melalui berbagai jalan dan cara, Pemerintah tentu telah berbuat banyan dalam menangani sampah, tetapi karena masyarakat secara umum masih kurang disiplin maka masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan tak kunjung beres. 

Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat (Pemda NTB) sangat menyadari sulitnya mendisiplinkan masyarakat dalam membuang sampah, maka dari itu, untuk mengantisipasi wisatawan membuang sampah semabarangan, Pemda memperkenalkan sitem "deposit sampah" secara khusus di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Memang selama ini, masalah sampah yang berserakan di mana-mana, khususnya di objek wisata alam Pulau Lombok sangat mengganggu pemandangan dan mencederai indahnya pulau yang dijuluki sebagai "Pulau Seribu Masjid" itu.

Mensikapi masalah sampah d NTB, khususnya di Taman Nasional Rinjani, Pemerintah Daerah NTB dengan tegas mensikapi aturan deposit sampah. Informasi ini disampaikan oleh Sekda NTB Rosiady Sayuti saat saya menyertai kunjungan guru Sekolah Indonesia Kuala Lumpur dan Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur ke kantor Gubernur NTB pada awal Januari 2018 yang lalu.

Sistem deposit sampah telah diberlakukan di area wisata gunung Rinjani. Jadi semua barang-barang yang berpotensi jadi sampah yang dibawa oleh pengunjung ke area gunung Rinjani akan diperiksa. Setiap orang yang membawa barang berpotensi jadi sampah harus menyerahkan deposit sampah berupa uang sebesar Rp. 100.000. Uang deposit tersebut akan dikembalikan apabila pengunjung membawa turun sampah dari atas gunung. Tentu apabila tidak membawa turun sampah, maka uang deposit akan hangus.

Sampah Plastik Menjadi Masalah Dunia

Sampah plastik yang tidak ramah lingkungan harus disiasati pemakaiannya karena sangat sulit terurai walaupun dalam waktu yang lama. Dalam sebuah catatan disebutkan bahwa setiap kota di dunia berpotensi menghasilkan lebih satu juta ton sampah plastik. Secara regional, sampah masih menjadi masalah utama di Lombok yang mengganggu kenayamanan para turis berwisata.

Berdasar catatan penelitian Prof Jenna Jambeck ahli teknik lingkungan dari University of Georgia, Amerika Serikat menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara nomor dua tertinggi membuang sampah ke laut setelah Tiongkok. Dan hal tersebut diakui oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan seperti dilangsir oleh media-media nasional di Indonesia. Nah di Lombok sendiri terdata sekitar 1500 meter kubik sampah dihasilkan per hari yang artinya ada sekitar 540.000 meter kubik per tahun.

Dalam satu kesempatan bersnorkeling di Gili Air, Gili Meno, dan Gili Trawangan, sampah plastik sangat mengganggu aktivitas sya dan teman menikmati keindahan terumbu karang dan kejernian air di sana. "Indah sekali, airny jernih dan terumbu karangnya bagus, tetapi kok banyak sampah ya?" ujar rekan saya yang bersnorkeling bersama. Saya tidak langsung menjawab, hanya bisa tersenyum, dalam hati saya berkata betapa manusia masih kurang disipilin dan minim sekali kesadaran akan pelestarian lingkungan untuk menyelamatkan biota laut. 

Pertengahan tahun 2017 yang lalu, saya juga sempat memotret laluan masuk ke Pantai Nipah, Lombok yang juga banyak sampah berserakan. Sampah bukan saja berkaitan masalah kotor dan pencemaran tetapi sangat mengangguan kenyamanan pandangan siapa saja yang berlibur ke Lombok. Saya yakin pemerintah dan masyarakat setempat yang terkenal religius sudah melakukan berbagai upaya penanganan sampah, namun apabila demikian kenyataannya, maka upaya penanganan sampah harus perlu lebih ditingkatkan supaya hasilnya maksimal dalam merawat lokasi wisata yang indah dan juga bersih.

Kuantitas sampah sah-sah saja banyak, tetapi kesadaran dan kedisiplinan masyarakat akan penanganan sampah keluarga yang harus senantiasa ditingkatkan supaya kebersihan dan keindahan lingkungan bisa lebih terkelola dengan baik. Apalagi kalau sampah-sampah tersebut dapat didaur ulang menjadi produk yang bernilai tinggi sehingga mendatangkan berkah bagi lingkungan dan masyarakat umum.(*)

Sekadar berbagi untuk kemajuan pariwisata dan untuk lingkungan yang sehat.

Mataram: 05012018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun