Ketika matahari terbenam di peraduannya
Tuhan memanggil hamba dengan seruan-Nya
Kuberhenti sejenak berjalan mencari penaku yang hilang
Tuk bermunajat dalam do'a yang panjang
Kuyakin Tuhan akan memberitahuku hakikat itu
Tentang cerita hidup yang harus terus berlanjut
Kuyakin Tuhan akan menafsirkan mimpi itu
Tentang rangkaian kata yang selama ini kurajut
Bulan dan bintang berbicara dalam heningnya malam
Tentang cerita hidup yang kini tak lagi menceriakan
Mentari akan ikut berkisah di pagi yang cerah
Tentang pena cantik yang tidak lagi dalam genggaman
Kuyakin Tuhan akan menunjukkan sesuatu
Sebuah berkah hidup dan juga nestapa
Kuyakin Tuhan akan memberitahumu wahai penaku
Bahwa aku akan senantiasa mencarimu selama selama hayat masih ada
Kisah ini akan disempurnakan
Dalam canda tawa yang menceriakanÂ
Di akhir hayat akan kutunaikan
Saat sang Khalik menyoal iman Â
Ketahuilah wahai penaku
Kini rembulan dan bintang tak lagi mau menghiasi malamku
Mentari pun tampak sekadarnya mengutus sinar
Menjadi teguran keras untuk kunalar
Tuhan, kusaksikan di sana ada petaka
Aku pura-pura tuli dan butakan mata hatiku
Karena aku tak bisa berbuat banyak
Setelah dinding pembatas berdiri tegak
Kukuatkan hati menyaksikan kolosal ini
Kucoba senyum tapi petaka terjadi lagi
Padahal aku tak ingin semua ini terjadi
Apalagi tega serapa dalam jampi
Pena yang cantik
Rajut dan lukislah cerita-cerita indah
Karena itu yang patut tuk dipetik
Agar senantiasa membawa berkahÂ
Btcv: 23112017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H