Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pendidikan Karakter Itu Sederhana

27 September 2017   13:44 Diperbarui: 27 September 2017   23:06 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penanaman karakter dari segelas mee

Pendidikan dan penguatan karakter itu sederhana. Tidak harus heboh karena sebenarnya dimana-mana pendidikan dan penguatan  karakter selalu terlaksana, baik langsung ataupun tidak langsung. Hanya saja pengamalannya selalu saja tidak sesuai denga harapan.

Alam lingkungan manusia merupakan media yang sangat berkesan utuk pendidikan karakter, selama manusia mau menyadari dan menghayati untuk diaplikasikan dalam hidup sehari-hari.

Salah satu contoh di Pusat Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur, selalu tersedia satu kotak indomee gelas untuk konsumsi umum dengan kadar harga RM2.00 per gelas. Di luar kotak tertulis dengan hurup kapital "MEE KEJUJURAN". Artinya bahwa mee itu boleh dimakan oleh siapa saja dengan catatan harus membayar di tempat yang sudah terdia di samping kotak mee.

Alhasil, hampir setiap minggu atau paling lama dua minggu, mee tersebut sudah habis "terjual", namun demikian, kata salah seorang staf di kantor, walaupun mee selalu habis, selalu saja tidak sesuai dengan uang yang terkumpul di dalam kotak yang tersedia.

Artinya, upaya membangun kesadaran terhadap usaha bersama dan berterima kasih dengan orang yang telah bersusah paya menyediakan konsumsi ringan di dalam kantor sangat minim sekali. Terbukti dari selalu tidak sesuai barang terjual dengan jumlah uang yang terkumpul.

Memang media pendidikan karakter itu sederhana, namun memiliki dampak yang besar dalam tatanan kehidupan manusia di alam ini.

**

Dalam berbangsa dan bernegara, konsep pendidikan karakter telah lama ada, sebut saja Pendidikan Moral Pancasila atau Pedoman, penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P4), dan lain sebagainya. Bahkan jauh sebelumnya pada tahun 1964 telah digaungkan dalam kurikulum sekolah--pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Panca wardhana).

Sebenarnya segala bentuk konsep di negara kita sudah tersedia, peraturan dari tingkat Kepres sampai Kepdes juga sudah ada yang mengatur hal-hal terkait pendidikan dan penanaman karakter siswa dan masyarakat. Tapi sekali lagi tingkat kesadaran dan disiplin masyarakat kita masih sangat kurang, sehingga saban tahun senantiasa sibuk mencari formula baru untuk dengan mengklaim bahwa pola dan konsep pendidikan sebelumnya perlu diperbaiki karena tidak sesuai dengan perkembangan zaman.

Dari zaman batu hingga zaman modern ini, konsep nilai dan norma tidaklah berubah, tetapi yang berubah adalah arah persepsi manusia saja sesuai kaca mata yang dipakai. Buktinya nilai dan norma tentang membuang sampah sembarangan, tidak pernah jadi sebuah perilaku baik walau di dalam hutan sekalipun, demikian juga dengan karakter saling menghargai, saling tolong menolong, taat aturan, dan lain sebagainya merupakan suatu yang senantiasa sama dan harus aplikatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun