Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Layanan Pendidikan bagi Kaum Migran

17 September 2017   17:23 Diperbarui: 18 September 2017   06:38 1798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Migran Indonesia di Malaysia yang notabene sebagai tenaga kerja, memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. Ada yang lulusan perguruan tinggi setara diploma bahkan tidak sedikit yang sudah menjadi sarjana. Namun mayoritasnya para tenaga kerja Indonesia yang merantau ke Malaysia adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat.

Pekerja Indonesia di Malaysia yang sudah memiliki ijazah SMA atau Paket C yang berminat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dapat mengikuti program pendidikan jarak jauh di Universitas Terbuka (UT) yang dikelola oleh kantor perwakilan RI yang ada di Kuala Lumpur, Johor Bahru, Penang, Kuching-Sarawak, dan Kota Kinabalu-Sabah.

Sejak dibuka pada tahun 2009 yang lalu, UT di Malaysia sudah merekrut lebih dari 1,500 mahasiswa yang 90 persennya adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di sektor produksi (pabrik), perkebunan, konstruksi, pembantu rumah tangga, dan sektor jasa lainnya. Mulai tahun 2014, sudah lebih dari 100 orang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sudah berhasil menjadi sarjana melalui Universitas Terbuka baik mereka yang wisuda di Malaysia maupun yang wisuda di daerah masing-masing karena kembali ke tanah air setelah menamatkan kontrak kerja di Malaysia.

Namun tidak semua TKI yang berminat untuk kuliah jarak jauh bisa mendapat layanan pendidikan tersebut karena faktanya masing banyak ditemukan pekerja Indonesia yang tidak memiliki ijazah Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan bahkan ada juga yang sama sekali tidak memiliki ijazah sekolah dasar (SD) gara-gara putus sekolah sebelum merantau.

Alasan pekerja Indonesia berhijrah ke Malaysia memang beragam, tetapi tidak jauh dari alasan ekonomi yang ketika berada di kampung, mereka tidak mampu membayar iuran sekolah sehingga putus sekolah, kemudian terpaksa merantau ke Malaysia dengan tujuan dapat mengumpulkan sejumlah uang supaya bisa merampungkan sekolah sekaligus untuk memperbaiki ekonomi keluarga.

Para migran Indonesia di Malaysia mayoritas menekuni sektor produksi (manufaktur) dan sektor perkebunan kelapa sawit. Dari pengamatan selama ini, pekerja Indonesia di sekotor produksi terdiri dari generasi muda yang baru lulus jenjang sekolah menengah atas (SMA), sementara tenaga kerja Indonesia yang menekuni bidang perkebunan bisa dikatakan semua usia dari umur 20 s.d 55 tahun. Merekalah yang berpotensi untuk diberikan akses layanan pendidikan jarak jauh oleh Universditas Terbuka.

Pesatnya perkembangan dunia saat ini, telah memaksa anggota masyarakat untuk lebih serius memperhatikan dan menekuni dunia pendidikan. Mensikapi hal ini, kantor Perwakilan RI di Malaysia berusaha mengakomodir WNI/TKI di Malaysia supaya bisa melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan membuka pendidikan jarak jauh.

Supaya pekerja Indonesia yang tidak memiliki ijazah dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, maka Perwakilan RI mendorong masyarakatnya untuk menuntaskan jenjang pendidikan melalui ujian paket kesetaraan yaitu Paket A untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) dan sederajat, Paket B untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan sederajat, dan Paket C untuk jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat yang dapat diakses melalui Koordinator Pendidikan Non-Formal KBRI Kuala Lumpur.

Diharapkan dengan program perkuliahan ini, menjadi bekal bagi WNI/TKI untuk kembali ke tanah air dengan membawa ijazah serta gelar yang dibawa dapat bermanfaat untuk mendapat pekerjaan yang layak di kampung halaman atau bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Semoga!(*)

KL:17092017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun