Suhu politik Negeri Gajah Putih kini memanas. Pasalnya, mantan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra absen hadir di Mahkamah Agung Thailand Jumat (25/8) pekan lalu saat rencana pembacaan putusan hakim atas kasus korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan yang selama ini membelitnya.
Politikus Partai Puea Thai itu didakwa atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan terkait pengelolaan sekama bantuan beras bersubsidi bagi penduduk kampung di Thailand selama dirinya menjabat sebagai perdana menteri. Dari kasus yang merugikan negara US$8 miliar (107.6 triliun rupiah) itu, Yingluck terancaman hukuman 10 tahun penjara.
Berbagai andaian berseliwiran dalam masyarakat dan pihak otoritas Thailand. Yang paling kuat adalah dugaan adanya indikasi bahwa pemimpin perempuan pertama negara Thailand itu sudah melarikan diri ke luar negeri melalui negara tetangga---Kamboja.
Buntut dari itu semua, Junta Militer Thailand menyebut-nyebut bahwa pemimpin Kamboja PM Hun Sen terlibat meloloskan Yingluck ke luar negeri. Dasar tuduhan itu karena diyakini tidak mungkin politikus cantik yang pernah berkuasa memimpin Thailand selama tiga tahun (2011-2014) itu akan berani terbang dari Thailand.
Baik dari jalur darat maupun laut, disinyalir kuat bahwa Yingluck Shinawatra telah singgah di Kamboja sebelum terbang ke Singapura lalu kemudian melanjutkan perjalanan menuju Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Rumor keberadaan Yingluck juga diperkuat oleh petinggi Partai Puea Thai, kendaraan yang membawanya sampai ke kursi kekuasaan di Thailand, tujuh tahun yang lalu.
Ada rumor yang kurang enak dari Negeri Gajah Putih tentang lepasnya mantan PM Yingluck Shinawatra, saudara kandung PM Thaksin Shinawatra dari pengawasan otoritas Thailand, yaitu munculnya teori konspirasi yang mengatakan bahwa justru Junta Militer yang telah menggulingkan Yingluck dari kursi kekuasaannya yang sengaja meloloskannya karena memiliki agenda dan perjanjian rahasia dengan keluarga Shinawatra.
Merespon tudingan miring tersebut, Kepala Staf Angkatan Darat menyangkal tuduhan konspirasi adanya perjanjian rahasia dengan keluarga Shinawatra ataupun Partai Puea Thai. Tapi publik di Thailand sanksi karena selama ini Yingluck yang dikawal super ketat, masih bisa lolos dan bahkan keluar dari Thailand.
Namun demikian, Wakil Kepala Kepolisian Thailand, Jenderal Srivara Rangsibrahmanakul dengan tegas mengatakan bahwa tidak tidak ada catatan yang menunjukkan adik Thanksin itu meninggalkan Thailand. Pernyataan ini senada dengan keterangan PM Hun Sen bahwa tidak ada data yang menunjukkan Yingluck keluar-masuk Kamboja selama kasusnya dilipahkan ke mahkamah.
Tetapi sayang sekali, pernyataan Jenderal Srivara sangat kontra produktif dengan tuduhan Junta Militer Thailand yang mengatakan PM Hun Sen berkontribusi terhadap larinya Yingluck dari Thailand, mengingat pemimpin Kamboja itu sangat dekat dengan keluarga Shinawatra baik secara politik maupun kekeluargaan.
Tentu saja PM Hun Sen menolak keras tuduhan itu karena bisa berakibat retaknya hubungan persahabatan negara bertetangga dan juga sama-sama sebagai negara anggota ASEAN yang sedang mengkampanyekan masyarakat yang bersatu dengan motto "One Vision, One Identity, One Community".
Gamangnya kejelasan informasi keberadaan Yingluck tentu akan menghambat proses hukum terhadap Yingluck. Dan bahkan bisa mempengaruhi situasi politik dalam negeri Thailand yang sejak tiga tahun terakhir, cenderung represif demi meredam gejolak dari pendukung setia klan Shinawatra.
Diakui atau tidak, pengaruh klan Shinawatra masih sangat berpengaruh di panggung politik Negeri Gajah Putih. Kudeta berdarah, perampasan aset keluarga Shinawatra tak menyurutkan kesetiaan pendukung politik duo Shinawatra yang sama-sama pernah duduk di kursi pemerintahan Thailand ini.
Kuatnya pengaruh militer di Thailand yang dibuktikan dengan beberapa seri kudeta, baik yang berdarah maupun tidak, bisa melumpuhkan estapet politik keluarga Shinawatra kedepan. Upaya menjerat Yingluck atas kesalahan pidana korupsi dan penyalahgunaaan kekuasaan, akan sangat berpotensi pada penghapusan pengaruh klan Shinawatra dari panggung politik Thailand.
Jumat (25/8) lalu, Mahkamah Agung Thailand telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Yingluck setelah tidak hadir dalam sidang putusan kasus yang mengancam dirinya dibui selama 10 tahun. Mempertimbangkan permohonan pengacara Yingluck, Mahkamah Agung Thailand kembali menunda sidang putusan kasus tersebut ke tanggal 27 September 2017.
Absennya Yingluck dalam sidang putusan pekan lalu menimbulkan reaksi keras para penguasa di Thailand. Bahkan Deputi Perdana Menteri Prawit Wongsuwan dengan penuh sangsi bahwa Yingluck tidak benar-benar sakit melain sudah melarikan diri.
**
Yang pasti pemerintah Thailand akan bekerja keras membuktikan bahawa Yingluck benar-benar bersalah dalam kasus skema subsidi beras bagi orang kampung di Thailand.Â
Intelijen Thailand harus benar-benar bisa melacak rute perjalanan Yingluck seandainya dia benar-benar sudah meninggalkan negaranya. Tentu kasus ini akan melibatkan negara tetangga yakni Kamboja yang santer disebut-sebut dilalui oleh Yingluck. PM kamboja Hun Sen langsung angkat bicara dan menafikan tuduhan tersebut. "Tidak ada data yang menunjukkan Yingluck singgah di Kamboja," tegas Hun Sen seperti dilangsir media setempat.
Opini publik Thailand dan bahkan dunia cenderung tergiring bahwa Perdana Menteri perempuan pertama Thailand itu benar-benar sudah meninggalkan negaranya dan kini berada di Dubai, Uni Emirat Arab. Hampir tidak ada suara santer yang mengatakan bahwa Yingluck masih bersembunyi dalam negaranya dibawah perlindungan Partai Puea Thai yang pernah dipimpinnya.
Tanggal 27 September 2017 mendatang akan membuktikan keputusan terhadap tuduhan keatas Yingluck yang selama ini disangkalnya. Apakah Yingluck berani hadir di Mahkamah Agung Thailand atau membiarkan saja kasusnya bergulir hanya mengandalkan pembelaan dari pengacaranya?
Hadir atau tidaknya Yingluck pada hari diputuskan kasusnya akan menjadi penentu sikap dan posisi Yingluck dengan negaranya kedepan. Apabila dia benar-benar tidak hadir, maka itu petanda dia akan mengikuti jejak saudara kandungnya Thaksin Shinawatra yang meninggalkan negaranya tahun 2008 karena tidak mau dibui.(*)
Sekadar pengamatan ringan tetang kasus menghilangnya politikus cantik dari Negeri Gajah Putih.
KL:30082017Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H