“…bahkan mereka yang tak berdosa terkorban karena ulahmu, mereka yang sama sekali tidak tahu tentang agendamu…dunia muak dengan caramu berulah!”
MALAM awal Ramadhan, kucoba menulis tentang insiden ledakan bom terbaru di Kampung Melayu untuk merefleksikan beberapa tindakan nekat bunuh diri di tengah keramaian masyarakat sipil, seperti kejadian di Bangkok dan SelatanThailand, kejadian di Filipina, dan beberapa kejadian ledakan bom di tanah air, Indonesia.
Hampir seluruh penjuru dunia rentan diserang dan tak luput dari aksi teror. Beberapa negara majupun diserang dengan begitu brutal. Bahkan negara yang selama ini dilihat sangat amanpun seperti Belgia, sudah tidak ada lagi rasa aman seperti dulu. Dimana-mana ada teror, benar-benar dunia tidak lagi selamat.
Catatan singkat ini kutulis di suatu malam yang hening, langitnya penuh cahaya, bertaburan bintang gemintang yang berkelipan tak bosan menghiasi dunia tempat para mahluk Tuhan bercengkerama. Malam yang damai, gumamku lirih. Dari balkoni rumah kucoba terawang ke seluruh penjuru cakrawala yang dapat kugapai. betul-betul damai.
Lalu aku meluruh masuk meninggalkan pemandanganalam yang menenangkan hati. Kusambar remoote control di atas meja tv lalu kusetel televisi yang sedari siang diam tidak menyampaikan berita. Aku terhentak kaget, tiba-tiba tersajikan dengan ulasan refleksi kejadian ledakan bom yang tragis di negeriku. Bom meledak dua kali di Kampung Melayu, Rabu (24/5) malam dan selang beberapa waktu kembali meledak pada Kamis (25/5) dini hari.
Sejenak kuberpikir, mengapa semua ini terjadidi negeriku yang indah ini? Dan mengapa kamu sasarkan ke orang-orang yang tidaktahu-menahu dengan agenda kamu! Alasan kecewa dengan situasi yang ada? Lantas harus menyalahkan siapa...
**
Bisakah menyalahkan Tuhan yang tidak langsungberkendak membuat dunia ini aman dan tenteram umpama titisan surgawi?
Haruskah menyalahkan pemimpin yang sedangberkuasa dengan mengaitkan sepak terjang pemimpin-pemimpin terdahulu yang belum memenuhi keinginamu?
Sesuaikah menyalahkan ulama yang mungkin belum sampai dalil terakhir memberikan penafsiran kepadamu? atau...
**
Sedih rasanya ketika mayat yang bergelimpanganitu, anggota aparat yang sedang bertugas untuk negara agar sedikit hasil darijerih payahnya dapat mensejahterakan keluarga kecilnya!
Miris rasanya ketika mayat yang bergelimpanganitu, ibu tua yang kebetulan lewat saat kamu beraksi!
Sesak dada ini ketika kutahu yangbergelimpangan itu para buruh yang bekerja mengharapkan sedikit imbalan yang"mungkin" untuk merawat orang tuanya yang sedang terbaring lemah dirumah sakit!
**
Mari menjernihkan fikiran, berlapang dada, dan menebar kasih sayang...
Agar semua menang, supaya semua senang, dan semua tenang...
Menjalani peran sebagai diri yang bertanggungjawab, sebagai mahluk sosial yang toleran, dan sebagai mahluk Tuhan yangtaat...menitis kebaikan yang abadi.***
Sebuah refleksi. Semoga berkenan.
KL:27052017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI