Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PM Malaysia Ajak Rakyatnya Kutuk Pelaku Insiden Kampung Melayu

27 Mei 2017   00:44 Diperbarui: 28 Mei 2017   08:46 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan singkat ini kutulis di suatu malam yang hening, langitnya penuh cahaya purnama, bertaburan bintang gemintang yang berkelipan tak bosan menghiasi dunia tempat para mahluk Tuhan bercengkerama.

Malam yang damai, gumamku lirih. Dari balkoni rumah kucoba terawang ke seluruh penjuru cakrawala yang dapat kugapai. betul-betul damai.

Aku meluruh masuk meninggalkan pemandangan alam yang menenagkan hati. Kusambar remoote control di atas meja tv lalu kusetel televisi yang sedari siang diam tidak menyampaikan berita. Aku terhentak kaget, tiba-tiba tersajikan dengan ulasan refleksi kejadian ledakan bom yang tragis di negeriku. 

Pewarta itu dengan lugas memaparkan berita ledakan bom Bandung pada Februari lalu, polisi mengamankan 17 bom rakitan di Maluku (28/3), ledakan keras di Poso (25/5) dan terbaru dua kali ledakan bom di Kampung Melayu, Rabu (24/5) malam dan Kamis (25/5) dini hari.

Sejenak kuberpikir, mengapa semua ini terjadi di negeriku yang indah ini? Dan mengapa kamu sasarkan ke orang-orang yang tidak tahu-menahu dengan agenda kamu!

Alasan kecewa dengan situasi yang ada? Lantas harus menyalahkan siapa...

**

Bisakah menyalahkan Tuhan yang tidak langsung berkendak membuat dunia ini aman dan tenteram umpama titisan surgawi? 

Haruskah menyalahkan pemimpin yang sedang berkuasa dengan mengaitkan sepak terjang pemimpin-pemimpin terdahulu yang belum memenuhi keinginamu?

Sesuaikah menyalahkan ulama yang mungkin belum sampai dalil terakhir memberikan penafsiran kepadamu? atau...

Menuding masyarakat yang semakin acuh dengan urusan moral sehinggga bisa pura-pura tidak tahu tentang maksiat di pusat hiburan malam sampai menyuguhkan penari striptease karena hanya itu yang "sekarang" cepat dan praktis mendatangkan fulus para pengusaha tajir yang haus hiburan?

**

Sedih rasanya ketika mayat yang bergelimpangan itu, anggota aparat yangsedang bertugas untuk negara agar demi sedikit hasil dari jerih payahnya untuk kesejahteraan keluarga kecilnya!

Miris rasanya ketika mayat yang bergelimpangan itu, ibu tua yang kebetulan lewat saat kamu beraksi!

Sesak dada ini ketika kutahu yang bergelimpangan itu para buruh yang bekerja mengharapkan sedikit imbalan yang "mungkin" untuk merawat orang tuanya yang sedang terbaring lemah di rumah sakit!

**

Mari menjernihkan fikiran, berlapang dada, dan menebar kasih sayang...

Agar semua menang, supaya semua senang, dan semoga semua tenang...

Menjalani peran sebagai diri yang bertanggung jawab, sebagai mahluk sosial yang toleran, dan sebagai mahluk Tuhan yang taat...

Untuk menitis kebaikan yang abadi.***

Sebuah refleksi. Semoga berkenan.

KL:27052017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun