Catatan singkat ini kutulis di suatu malam yang hening, langitnya penuh cahaya purnama, bertaburan bintang gemintang yang berkelipan tak bosan menghiasi dunia tempat para mahluk Tuhan bercengkerama.
Malam yang damai, gumamku lirih. Dari balkoni rumah kucoba terawang ke seluruh penjuru cakrawala yang dapat kugapai. betul-betul damai.
Aku meluruh masuk meninggalkan pemandangan alam yang menenagkan hati. Kusambar remoote control di atas meja tv lalu kusetel televisi yang sedari siang diam tidak menyampaikan berita. Aku terhentak kaget, tiba-tiba tersajikan dengan ulasan refleksi kejadian ledakan bom yang tragis di negeriku.Â
Pewarta itu dengan lugas memaparkan berita ledakan bom Bandung pada Februari lalu, polisi mengamankan 17 bom rakitan di Maluku (28/3), ledakan keras di Poso (25/5) dan terbaru dua kali ledakan bom di Kampung Melayu, Rabu (24/5) malam dan Kamis (25/5) dini hari.
Sejenak kuberpikir, mengapa semua ini terjadi di negeriku yang indah ini? Dan mengapa kamu sasarkan ke orang-orang yang tidak tahu-menahu dengan agenda kamu!
Alasan kecewa dengan situasi yang ada? Lantas harus menyalahkan siapa...
**
Bisakah menyalahkan Tuhan yang tidak langsung berkendak membuat dunia ini aman dan tenteram umpama titisan surgawi?Â
Haruskah menyalahkan pemimpin yang sedang berkuasa dengan mengaitkan sepak terjang pemimpin-pemimpin terdahulu yang belum memenuhi keinginamu?
Sesuaikah menyalahkan ulama yang mungkin belum sampai dalil terakhir memberikan penafsiran kepadamu? atau...
Menuding masyarakat yang semakin acuh dengan urusan moral sehinggga bisa pura-pura tidak tahu tentang maksiat di pusat hiburan malam sampai menyuguhkan penari striptease karena hanya itu yang "sekarang" cepat dan praktis mendatangkan fulus para pengusaha tajir yang haus hiburan?