Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pendidikan Pesantren: Dulu Dicibir Sekarang Disegani

3 Mei 2017   00:55 Diperbarui: 21 Oktober 2020   13:26 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

INSTITUSI pendidikan pesantren atau pondok, tampil beda dan semakin eksis menerjang arus globalisasi, modernisasi yang kuat dan bahkan menantang pengaruh westernisasi yang kontra produktif bila ditinjau dari adat dan budaya ke-timur-an.

Pondok pesantren merupakan sistem pendidikan tertua di Indonesia yang dulunya dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan pemerintah. Sejarahnya bermula denga anak-anak belajar membaca al-Qur’an (mengaji) atau kajian kitab-kita agama. Murid yang nyantri datang belajar siang dan malam bahkan tinggal di rumah gurunya, mengabdi sambil belajar agama.

Pesantren adalah gambaran pendidikan yang sistematik, terpadu dan memiliki intensitas tinggi. Ada yang bilang pesantren itu bak kawah cadradimuka tempat penggemblengan ksatria yang tangguh.

Intinya santri pesantren pasti mumpuni. Segala karakter terpuji seperti bijak, rajin, mandiri, dan berbudi luhur terpatri dalam jiwa dan sikap kesehariannya. Maka dari itu, pondok pesantren menjadi pilihan yang terpopuler di Indonesia untuk mendidik generasi muda hingga terdengar sampai  negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.

Konsep pendidikan pesantren telah ditiru oleh pendidikan umum yakni boarding school atau sekolah berasrama yang memasukkan unsur ekstra kurikuler sesuai minat peserta didik yang dikontrol secara intensif selama 24 jam.

**

Memasuki abad 21, ketika terjadinya pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat dan berubahnya paradigma pendidikan yang dipengaruhi oleh sains modern, dimana arus globalisasi, modernisasi dan westernisasi yang semakin kuat dimana pada waktu bersamaan, bekal ilmu dan wawasan belum cukup sehingga terjadilah dekadensi moral yang sangat meresahkan masyarakat.

Mencermati hal itu, orang tua semakin khawatir dengan moral anak-anaknya sehingga pesantren menjadi satu-satunya pilihan utama bagi pendidikan anak setelah lulus sekolah dasar. Kalaupun tidak masuk pesantren tetapi siswa sekolah umum akan mengadakan program Pesantren Ramadhan atau Pesantren Kilat.

Hal yang sangat menarik dari pendidikan pesantren adalah out-putyangmengacu kepada tiga tipe masyarakat yang taat dan memahami ilmu agama—ulama—yaitu: ulama pemimpin (ulil amri), ulama cendekiawan (ulil albab), dan ulama wiraswasta (ulil amwal).

Misi mencetak generasi tiga tipe generasi masyarakat tersebut dihasilkan dari konsep kawah candradimuka yang kesehariannya mewarnai kampus bak “taman siswa” yang damai, asri dan menyenangkan seperti digambarkan oleh Ki Hajar Dewantara.***

Pesantren yang dulu dicibir kini menjadi miniatur masyarakat madani di tengah gemerlapnya modernitas. Selamat Hari Pendidikan Nasional, Percepat Pemerataan Pendidikan yang Berkualitas.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun