Mohon tunggu...
T.H. Salengke
T.H. Salengke Mohon Tunggu... Petani - Pecinta aksara

Ora et Labora

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pekerja Migran Indonesia Pionir Mahasiswa UT di Malaysia

20 Desember 2016   07:02 Diperbarui: 1 Oktober 2022   08:45 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awal tahun 2009 silam, di ujung selatan benua Asia, tepatnya di kota Johor Bahru, Johor, Darul Takzim, saya mulai menggagas berdirinya Universitas Terbuka  Indonesia di Malaysia.

Bersama 10 orang mahasiswa pertama, sebagaimana yang disyaratkan oleh Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Batam, kami semua mulai melangkah dengan penuh yakin, untuk merealisasikan program membangun pekerja migran dari negeri seberang.

Sepuluh mahasiswa UT pertama benar-benar menjadi pionir berkembangnya UT di Malaysia hingga ke hari ini. Mereka adalah: Cep Sukatman, llmanuddin, Hanafi, Suharti Ambon, Ustadzi Mahfudji, Wiwiningsih, Yunita Agustini, Nursait, Gofur Fitriana, dan Dewi Lidwinah.

Tak dapat dipungkiri, merekalah yang menginspirasi ratusan dan bahkan ribuan mahasiswa UT di Malaysia saat ini. Mereka juga penguat dan penyemangat saya, sehingga bisa intens menemui perkumpulan PMI di setiap akhir pekan, mengajak dan meyakinkan mereka untuk bersekolah, memanfaatkan waktu luang selama merantau.

Dengan niat dan tekat yang kuat, kami semua melangkah untuk merealisasikan impian menjadi seorang sarjana. Dengan berbekal salinan ijazah SMA sederjat atau salinan ijazah Paket C, Pekerja Migran Indonesia (PMI) bisa mendaftar kuliah di seluruh Pokjar UT yang tersebar di Malaysia.

Saat itu kami yakin, suatu saat UT Indonesia akan berkembang pesat di Malaysia. Kita inginkan bisa lebih ramai lagi masyarakat Indonesia di luar negeri yang dapat meneruskan pendidikan mereka ke jenjang perguruan tinggi.

Para pendahulu mahasiswa UT tersebut, merupakan pekerja pabrik di wilayah Johor Bahru. Sehari-hari sibuk dengan rutinitas yang kadang tidak kenal siang dan malam. Bahkan di akhir pekan, mereka harus kerja lembur (over time) yang sifatnya wajib, karena kalau tidak hadir, bisa didenda potong gaji yang jumlahnya bisa dua kali lipat dari gaji normal per harinya.

Semangat 10 pendahulu mahasiswa UT tersebut membuat saya selalu yakin melangkah untuk merealisasikan sebuah keinginan mulia ini, agar para PMI bisa mendapat kesempatan kuliah di tengah kesibukan bekerja.

Suka duka membangun UT pertama kali, tentu banyak sekali, tak mudah menyakinkan calon mahasiswa. Maklum untuk angkatan pertama, belum ada bukti nyata yang bisa dijadikan rujukan seperti mahasiswa sekarang ini. Mereka berusaha meyakinkan diri dan menaruh harapan kepada saya untuk mengurus mereka kuliah sambil bekerja

Tentu titik kulminasi dari semua itu adalah agar para TKI bisa wisuda, menjadi seorang sarjana sebelum kembali ke tanah air. Dengan itulah mereka bisa membuktikan kepada keluarga masing-masing, bahwa banyak jalan untuk sukses tanpa harus membebani kedua orang tua mereka.

Saat pertama dulu, dalam segala keterbatasan pengalaman pengurus UT, tentu mereka mengalami masa-masa sulitnya. Kami kesulitan akses modul, tidak ada bimbingan tutorial online atau tatap muka, bahkan ujian akhir semester di minggu pertama tidak dapat kami selenggarakan atas berbagai kendala yang dihadapi pengurus dan mahasiswa, tetapi semuanya mensikapi dengan lapang dada dan tetap mencari solusi terbaik agar perkuliahan bisa berjalan sebagaimana yang diharapakan bersama.

Kini mereka para pionir UT Malaysia sudah menyebar dengan profesi masing-masing. Ada yang masih bertahan mencari nafkah di Malaysia, namun tentu banyak yang sudah kembali ke tanah air.

Belasan tahun berjalannya UT di Malaysia, tak terlepas dari dukungan penuh kantor perwakilan RI baik di Kuala Lumpur, Johor Bahru, Kuching, Penang, Kota Kinabalu, dan Tawau. 

Demikian juga Sekolah Indonesia di Kuala Lumpur, Sekolah Indonesia Johor Bahru, Sekolah Indonesia Kota Kinabalu yang senantiasa memberikan akses kepada kegiatan-kegiatan mahasiswa UT. Bahkan organisasi masyarakat, ekspatriat Indonesia di Malaysia, ikut serta memberikan dukungan moril dan materil.

Saya akui, ini hasil kerja keras banyak pihak, termasuk kiprah mahasiswa itu sendiri yang dikemas lewat berbagai kegiatan organisasi seperti Dewan Presidium Mahasiswa (DPM) dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Universitas Terbuka.

Dari 10 mahasiswa, kini menjadi ribuan mahasiswa yang pernah mendaftar sebagai mahasiswa UT di Malaysia. Ada yang berhasil lulus dan ada juga yang gagal, atas berbagai alasan, terutama biaya kuliah saat berakhirnya kontrak kerja dan mereka harus kembali ke kampung halaman.

Selama kita kuat dan tekun, tidak ada yang tidak mungkin. Kita berusaha dan serahkan segalanya kepada Yang maha Kuasa.

Semoga UT bisa terus berkembang pesat, supaya PMI bisa kuliah melalui Program Belajar Jarak Jauh (PBJJ) di sela kesibukan bekerja, sehingga dapat menjadi sarjana dan kedepannya bisa berkiprah membangun kampung halaman masing-masing.

Bagi Bapak Ibu dan saudara semua yang ingin menjadi mahasiswa UT di Malaysia atau ingin mengetahui lebih jauh untuk keperluan penelitian ilmiah, dapat menghubungi saya lewat email: thsalengke@gmail.com atau melalui WA +60123702354.

“Menjangkau yang sulit dijangkau”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun